pesonadieng.com

Pura Mangkunegaran, Keasrian Sejarah di Tengah Kota Solo

Sejumlah wisatawan domestik dan mancanegara mengunjungi Pura Mangkunegaran di Solo, Jawa Tengah.
Lihat Foto


EMBUSAN angin sepoi-sepoi mendera para pengunjung di Pura Mangkunegaran, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Mereka yang baru datang tampak terkagum-kagum memandangi keindahan warisan kerajaan Jawa itu. Tampak para pengunjung adalah pengunjung lokal. Tidak sedikit juga turis mancanegara singgah dan memandangi keotentikan pura. Di antara para wisatawan itu, rata-rata mereka terkejut dengan isi dan bangunan dari kayu yang tertata rapi seluas 10 hektar di tengah Kota Solo tersebut.

Pura Mangkunegaran berada persis di Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Di tempat itu, selain menjadi obyek wisata juga sebagai kediaman Sri Paduka Mangkunagara. Tidak terlampau sulit menemukan lokasinya. Bangunan itu masih sangat terjaga. Beberapa kali bangunan itu direnovasi, tapi tidak mengubah substansi pura itu. Misalnya saja, kayu jati yang jadi penyangga atap masih digunakan. Begitu juga dengan lantai pura yang diimpor dari Eropa.

“Kayu jati ini utuh rata-rata umurnya 50 tahun ke atas. Kayu jati ini khusus diambil dari dari hutan Donoloyo dari Wonogiri. Sementara ubinnya (marmer) diimpor secara khusus dari Italia, makanya suasananya adem,” ujar Djoko, salah satu pemandu wisata di sana.

KOMPAS.COM/NAZAR NURDIN Dua wisatawan mancanegara sedang melihat lukisan yang ada di dalam Pura Mangkunegaran di Solo, Jawa Tengah. Mereka juga mendapat penjelasan dari pemandu wisata.
Ubin dari marmer itu memang terasa adem karena menyerap dingin. Selain itu, keberadaan kayu jati berperan besar dalam menyerap iklim, dibantu dengan kayu dan lain-lain. Tidak berhenti di situ, pura juga dihiasi dengan berbagai patung dan barang-barang otentik warisan masa lalu. Di depan pura terdapat patung dari yang terbuat perunggu. “Patung ini khas warisan Belanda. Sementara lampu diambilkan dari Istana Bogor saat Kerajaan Belanda masih menguasai Indonesia pada tahun 1862. Kalau kaca pintu ini dari impor dari Belgia,” kata Djoko.

Bangunan Pura Mangkunegaran ini secara umum mempunyai kesamaan dengan Keraton. Pura ini memiliki Pendopo, Pringgitan, Pamedan, dan Kaputren. Semua bangunan itu dikelilingi tembok banteng yang kokoh. Ketika menginjak ke dalam Pura, ada pemandangan yang tak biasa. Nuansa ‘horor’ ketika masuk dalam pura Sri Paduka. Pengunjung pun tidak diizinkan sekadar mengabadikan isi dalam bangunan.

KOMPAS.COM/NAZAR NURDIN Simbol Pura Mangkunegaran di Solo, Jateng.
Di dalamnya, selain berisi tempat untuk bersemedi, juga berisi koleksi museum sejarah terkait perjuangan Indonesia. Koleksi itu terbungkus secara rapi dalam meja yang dibungkus dalam kaca. Ada beberapa meja dan almari kaca di sana yang berisikan pedang dari berbagai dinasti, akik, lencana, bambu runcing, senjata api, dan berbagai koleksi yang lain. Ada juga topeng dalam berbagai bentuk selain juga lukisan dari tokoh-tokoh pendiri bangunan ini.

“Ini lukisan Kumudowati. Artinya, kesaktian pada diri yang melekat pada seorang. Lukisan itu dilukis tahun 1937 oleh pelukis Istana, Raden Ngabehi,” ujar sang pemandu.

Di bawah atap, juga bersandar berbagai corak warna yang dilukis. Menurut pemandu wisata itu, semua yang dilukis mempunyai warna tersendiri. “Ada warna kuning yang berarti menolak ngantuk, warna biru selalu untung dari bencana, hitam mencegah lapar, hijau menolak stres, putih berarti mencegah seks tidak pada tempatnya atau selalu dalam posisi bersih. Warna pink agar selalu waswas, warna ungu agar tidak mempunyai pikiran yang kotor,” kata sang pemandu.

KOMPAS.COM/NAZAR NURDIN Koleksi foto-foto keluarga besar yang terpajang dalam museum Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah.
Pura Mangkunegaran sehari-hari dibuat upacara adat dan tari beksan. Di dalamnya juga berisikan museum Adipati Mangkunegoro. Menurut pemandu wisata, dulu kekayaan Sri Paduka sangat banyak. Seiring dengan kemerdekaan Indonesia, banyak aset yang dikelola oleh pemerintah. “Aset milik Sri Paduka ini banyak, tapi sekarang banyak dikelola pemerintah. Termasuk pabrik gula PTPN di Solo, Stasiun Kereta Api Balapan juga semula milik sini,” ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat