pesonadieng.com

Kulon Progo Setiap Hari Pesta Budaya Sepanjang Oktober 2018

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo dan sejumlah pejabat memukul kentongan raksasa sebagai tanda berlangsungnya Menoreh Art Festival 2018, Minggu (7/10/2018)
Lihat Foto


KULON PROGO, - Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, gelorakan kebanggaan pada kekayaan budaya lokalnya.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo memamerkan kekayaan budaya itu lewat pesta budaya yang berlangsung maraton pada 7-27 Oktober 2018.

Festival yang dinamai Menoreh Art Festival (MAF) 2018 ini menonjolkan budaya khas Kulon Progo, sebutlah di antaranya: Tari Angguk yang penarinya turun dari berbagai wilayah hingga pertunjukan sendratari Sugriwo Subali.

Baca juga: Kulon Progo Hidupkan Cerita “Api di Bukit Menoreh” dalam Sendratari

Masyarakat di pegunungan yang biasa memainkan Gejog Lesung saat malam bulan purnama juga ‘turun gunung’ unjuk kebolehan, parade rebana para santri, hingga tirakatan dan tumpengan 12 kecamatan yang ada.

Dalam pesta budaya ini juga ada jemparingan atau memanah gaya Mataraman hingga pertunjukan olahraga tradisional Nglarak Blarak dalam bentuk kompetisi final.

Baca juga: Mampir ke Kulon Progo, Wajib Borong Batik Khasnya

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengharap festival yang berlangsung untuk yang pertama kali ini bukan hanya pergelaran semata tetapi bisa menarik wisatawan.

"Kita mengharapkan Menoreh Art Festival ini bisa jadi promosi wisata daerah. Teman-teman dari dinas pariwisata bisa bekerja sama mewujudkannya sebagai bagian dari wisata," kata Hasto, Minggu (7/10/2018).

Musik gamelan nusantara dari berbagai daerah, baik Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, hingga Kalimantan menjadi pembuka Monoreh Art Festifal 2018 yang berlangsung di Kulon Progo, DIY, Minggu (7/10/2018)./DANI J Musik gamelan nusantara dari berbagai daerah, baik Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, hingga Kalimantan menjadi pembuka Monoreh Art Festifal 2018 yang berlangsung di Kulon Progo, DIY, Minggu (7/10/2018).
MAF yang mengusung tema ‘Gelora Gunung Samudra’ ini sejatinya digelar untuk menyemarakkan Hari Ulang Tahun ke-67 Kulon Progo. Kulon Progo memperingati hari jadinya tiap 15 Oktober.

“Memaknai angka enam puluh tujuh dalam memperingati Hari Jadi ke-67 Kabupaten Kulon Progo bisa diartikan ngenam-enam pikir kanggo gayuh tujuan atau menyusun pemikiran-pemikiran untuk mencapai tujuan,” kata Untung Waluyo, Kepala Dinas Kulon Progo.

Pesta budaya dikemas dalam beragam ajang pertunjukan yang berlangsung setiap hari sepanjang 20 hari di Oktober 2018 ini. Semua pertunjukan dipusatkan di alun-alun Kota Wates, ibu kota Kulon Progo.

Parade gamelan nusantara yang diikuti belasan provinsi di Indonesia menjadi pembuka MAF pada hari Minggu malam ini. Pembukaan juga diwarnai dengan pameran seni rupa, batik, dan bonsai, serta pameran hasil kerajinan.

Berikutnya sepanjang lima hari ke depan berlangsung pentas potensi seni dan budaya dari desa-desa yang tengah dirintis menuju desa budaya. Akhir pekan depan, sebanyak 25 kabupaten dan kota mengikuti kirab budaya ‘Menoreh Carnival’.

Para pelajar SMA dan SMK se-Kulon Progo turut memeriahkan pesta budaya ini lewat Fashion Day Carnival pada keesokan harinya, dilanjutkan kenduri budaya, doa lintas agama, parade rebana santri, hingga gambus pada malam hari.

Para penari asal suku Dayak menggebrak pembukaan Menoreh Art Festival 2018 dengan Tari Hudoq dari Kalimantan Timur, Minggu (7/10/2018). Kehadiran Hudoq dilatari musik khasnya membangkitkan suasana festival jadi terkesan mistis dan sakral. MAF 2018 sendiri merupakan festival budaya dalam menyambut HUT ke-67 Kabupaten Kulon Progo. Seniman dari berbagai daerah hadir memeriahkan pembukaan ini. /DANI J Para penari asal suku Dayak menggebrak pembukaan Menoreh Art Festival 2018 dengan Tari Hudoq dari Kalimantan Timur, Minggu (7/10/2018). Kehadiran Hudoq dilatari musik khasnya membangkitkan suasana festival jadi terkesan mistis dan sakral. MAF 2018 sendiri merupakan festival budaya dalam menyambut HUT ke-67 Kabupaten Kulon Progo. Seniman dari berbagai daerah hadir memeriahkan pembukaan ini.
Sebanyak 1.000 penari Tari Angguk juga akan memenuhi alun-alun Wates pada Senin (15/10/2018). Ratusan orang dari seluruh kecamatan menggelar macapat massal pada hari berikutnya.

Seniman dan budayawan dari berbagai daerah perbatasan juga akan mempertontonkan kesenian dan budaya mereka selama 3 hari. Belum lagi ada 3 malam pergelaran wayang kulit, hingga festival Padang Mbulan.

Final kompetisi Nglarak Blarak, pentas Apresiasi Art For Children, Sendratari Api di Bukit Menoreh dan pentas Wayang Kulit Semalam Suntuk menjadi penghujung MAF pada 27 Oktober 2018.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat