Okupansi Hotel di Yogyakarta Mulai Naik
YOGYAKARTA, - Okupansi hotel di Kota Yogyakarta perlahan-lahan mulai mengalami kenaikan terutama saat akhir pekan, meskipun jumlah tamu pada hari lainnya masih tergolong cukup rendah.
“Pada akhir pekan, mulai Jumat, Sabtu, dan Minggu, okupansi hotel bintang bisa mencapai 35 persen, terutama untuk sektor tengah. Ini terjadi pada akhir pekan lalu,” kata Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Dedy Pranawa Eryana di Yogyakarta, Kamis (25/6/2020) seperti dikutip dari Antara.
Sedangkan untuk hotel nonbintang, okupansi pada akhir pekan masih cukup rendah yaitu lima hingga 10 persen.
Baca juga: PHRI Rilis Panduan New Normal untuk Karyawan Hotel, Simak Aturannya
Menurut Deddy, pengelola hotel kemudian menempuh berbagai upaya untuk menaikkan okupansi kamar, salah satunya memberikan harga promo pada akhir pekan, sehingga harga kamar pada akhir pekan justru lebih rendah dibanding hari lainnya.
“Kami sedang mencoba mengetes animo pasar pada masa sekarang ini. Meskipun okupansi belum membaik, tetapi kami mencoba untuk terus mem-branding bahwa ada hotel yang sudah mulai beroperasi kembali,” katanya.
PHRI DIY, lanjut dia, memahami jika okupansi hotel belum membaik karena banyak layanan transportasi umum yang belum beroperasi secara penuh, seperti kereta api dan pesawat terbang.
“Tamu yang menginap pun rata-rata berasal dari wilayah di sekitar DIY. Bahkan banyak dari dalam DIY. Mungkin masyarakat ingin menghilangkan kejenuhan setelah beberapa waktu beraktivitas dari rumah,” katanya.
Namun demikian, Deddy mengatakan sudah banyak wisatawan dari luar daerah yang menanyakan apakah objek wisata dan hotel di DIY sudah kembali beroperasi.
Baca juga: Mau Menginap di Hotel? Ikuti Protokol New Normal Ini..
“Bahkan ada yang sudah mengajukan reservasi, misalnya dari Lampung, Sukabumi dan Kalimantan. Tetapi kami jelaskan bahwa belum banyak objek wisata yang buka sehingga mereka memundurkan jadwal kunjungan,” katanya.
Sebanyak 63 hotel kembali beroperasi
Saat ini, lanjut dia, dari 400 hotel dan restoran yang tergabung dalam PHRI DIY, sudah ada sebanyak 63 yang kembali beroperasi dengan menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat.
“Jika tidak memenuhi protokol kesehatan, maka tempat usaha tersebut tidak boleh dibuka,” katanya.
Jika Pemerintah DIY memperpanjang masa tanggap darurat COVID-19, maka ia mengusulkan agar masih ada objek wisata yang bisa dibuka kembali. Masa tanggap darurat COVID-19 di DIY akan berakhir pada 30 Juni.
“Kami berharap ada dukungan dari pemerintah karena banyak pelaku usaha hotel dan restoran yang sudah 'pingsan' atau bahkan hampir mati. Kami ingin kegiatan ekonomi tetap berjalan seiring dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” katanya. (Eka Arifa Rusqiyati/Risbiani Fardaniah)
Terkini Lainnya
- Wisata ke Taman Bukit Baru Pangkalpinang, Bisa Ajak Anak Mengenal Pohon
- Emirates Larang Pager dan Walkie-Talkie Selama Penerbangan, Kenapa?
- 7 Tips Memaksimalkan Hari Terakhir Liburan, Pilih Aktivitas Santai
- Itinerary Wisata Seharian di Jakarta Barat, Banyak Tempat Bersejarah
- Dirjen Imigrasi Belum Berencana Buka Immigration Lounge di Bali
- Kemenparekraf Dorong Dana Kreator Konten, Apa Itu?
- Museum Nintendo Pertama Resmi Dibuka di Jepang, Ada Koleksi Langka
- Sejumlah Destinasi Wisata di Amerika Serikat Ditutup akibat Badai Helene
- Bali Masuk Daftar Pulau Terbaik di Asia 2024 Versi Condé Nast Traveler
- Pemegang Izin Tinggal Singapura Bisa Bebas Visa ke Batam dan Bintan
- LRT Bali Diharapkan Bisa Atasi Kemacetan di Pulau Dewata
- 3 Immigration Lounge di Jakarta, Bisa Urus Paspor di PIM 3
- Immigration Lounge Buka di Mal Taman Anggrek, Layani 100 E-Paspor Tiap Hari
- 5 Hotel Murah di Bogor Dekat Stasiun, Mulai Rp 92.000 Per Malam
- Patung Yesus Akan Dibuat di Labuan Bajo, Jadi Identitas Wisata Religi dan Kearifan Lokal
- Unduh Aplikasi Banyuwangi Tourism, Panduan Wisata Banyuwangi Saat New Normal
- KA Bandara Soekarno-Hatta Kembali Aktif Mulai 1 Juli
- Grup AirAsia Cetak Rekor Penjualan, 41.000 Kursi Terjual dalam Sehari
- Bantu Pekerja Sektor Parekraf Terdampak Pandemi, Kemenparekraf Manfaatkan Platform Digital
- 20 Kota Terbaik di Dunia untuk Bersepeda