Bolehkah Naik Gunung Selama Pandemi? Ini Anjuran Dokter
JAKARTA, - Pemerintah mengumumkan persiapan pembukaan 29 Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA), dan Suaka Margasatwa (SM) secara bertahap dan terbatas hanya untuk zona hijau dan kuning.
Salah satu kegiatan wisata alam yang diadakan dan sering dilakukan di TN maupun TWA adalah pendakian gunung. Namun, saat masa pandemi, muncul banyak pertanyaan seputar kesehatan pendakian gunung.
Baca juga: Pemerintah Umumkan Kawasan Pariwisata Alam Indonesia Dibuka Bertahap
Dua dokter dalam webinar Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) bertajuk "Mendaki Gunung Aman dan Sehat di Masa Pandemi" memberikan pemaparannya, Kamis (25/6/2020).
Spesialis Kedokteran Olahraga di Royal Sports Performance Centre, Sophia Hage menerangkan, melakukan aktivitas pendakian boleh saja dilakukan pada masa pandemi.
Namun, lanjut Sophia, pendaki tersebut harus memerhatikan kondisi dirinya dan menjaga agar tak menularkan virus pada orang lain.
"Kita harus bicara stamina kita gimana, dalam hal ini ketahanan jantung dan paru, kekuatan otot dan ketahanan otot," kata Sophia.
"Keseimbangan juga, karena kalau kita bicara pendakian--bahkan sebelum pandemi pun ini termasuk kategori olahraga dengan risiko kesehatan sedang atau tinggi tergantung dari lokasi dan kondisi orang itu," lanjutnya.
Baca juga: Kawasan Pariwisata Alam Dibuka Kembali, Ini Protokol Kesehatannya
Adapun dengan kondisi pandemi saat ini, Sophia menambahkan, maka turut berbicara soal pencegahan--baik untuk diri sendiri dan orang lain--selama pendakian.
Ia melanjutkan, kegiatan pendakian selama pandemi tidak hanya berkutat pada protokol bagi pengunjung atau pendaki.
Guna mencegah virus menyebar pada kegiatan pendakian, kata dia, pengelola wisata gunung harus bisa mendeteksi adanya infeksi Covid-19 atau pun gejala.
"Jika ada, mereka harus bisa merespon gawat darurat yang terkait dengan Covid-19 maupun tidak. Jadi ada hal-hal yang kita bisa lakukan sebagai pendaki, dan ada juga hal-hal yang harus dilakukan oleh pengelola," jelasnya.
Terkini Lainnya
- Buron Interpol Ditangkap karena Tertolak Autogate Bandara di Bali
- 5 Tips ke Pemandian Air Hangat Banyu Alam Dieng, Datang Pagi
- 5 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Ada yang di Dalam Stasiun
- Desa Wisata Rhepang Muaif, Bisa Lihat Burung Cendrawasih khas Papua
- Air Mancur Trevi Fountain di Roma Italia Akan Terapkan Tiket Masuk
- Citilink Beri Promo 10.10, Ada Diskon hingga Rp 410.000
- 5 Aktivitas di Stasiun Gambir, Bisa Relaksasi dan Mandi
- Cara Parkir Inap di Stasiun Gambir, Tarif mulai Rp 3.000
- Cara ke Stasiun Gambir Naik TransJakarta, KRL, dan Angkot
- Hanya Hari Ini, DAMRI Beri Diskon Tiket 10 Persen untuk Semua Rute
- 5 Fasilitas di Stasiun Gambir, Ada Penyewaan Power Bank hingga Kursi Pijat
- 3 Tips Memilih Jasa "Open Trip" Naik Gunung dari APGI, Pemula Wajib Tahu
- Wisata ke Taman Bukit Baru Pangkalpinang, Bisa Ajak Anak Mengenal Pohon
- Emirates Larang Pager dan Walkie-Talkie Selama Penerbangan, Kenapa?
- 7 Tips Memaksimalkan Hari Terakhir Liburan, Pilih Aktivitas Santai
- Unduh Aplikasi Banyuwangi Tourism, Panduan Wisata Banyuwangi Saat New Normal
- KA Bandara Soekarno-Hatta Kembali Aktif Mulai 1 Juli
- Grup AirAsia Cetak Rekor Penjualan, 41.000 Kursi Terjual dalam Sehari
- Bantu Pekerja Sektor Parekraf Terdampak Pandemi, Kemenparekraf Manfaatkan Platform Digital
- 20 Kota Terbaik di Dunia untuk Bersepeda