Museum Pos Indonesia di Bandung, Ada Prangko Pertama di Dunia
– Kegiatan pos modern di Nusantara sudah ada sejak 1602 dan makin berkembang saat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) membangun kantor pos pertama Indonesia di Batavia pada 1746.
Mengutip situs resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, saat itu pemerintah Hindia Belanda membangun gedung Museum Pos Indonesia.
Baca juga: Estimasi Biaya Transportasi ke Bandung, Yogyakarta, dan Bali saat Pandemi
Dahulu, gedung yang dibangun pada 27 Juli 1920 dan dibuka secara resmi pada 1931 memiliki nama Museum Pos, Telegraph, dan Telepon (PTT).
Namun, museum mengalami perubahan nama menjadi Museum Pos dan Giro pada Senin (19/6/1995) sebelum akhirnya menjadi Museum Pos Indonesia.
Saat ini, museum tersebut menampilkan banyak koleksi menarik yang berkaitan dengan layanan pos. Berikut yang telah rangkum dari berbagai sumber, Jumat (9/10/2020).
Prangko pertama di dunia
Mengutip Tribun Jabar, Jumat (29/3/2019), Museum Pos Indonesia memiliki prangko pertama di dunia bernama Penny Black.
Saat berkunjung ke sana, kamu bisa melihat prangko tersebut di sebuah dinding yang memiliki tulisan The Penny Black yang diterbitkan pemerintah Inggris pada tanggal 6 Mei 1840”.
Melansir Bobo, Selasa (1/5/2018), prangko yang berawal dari ide seorang guru di Inggris bernama Rowland Hill tersebut memiliki wajah Ratu Victoria (1819 – 1901).
Penny Black dicetak dengan warna hitam dan memiliki tulisan postage pada bagian atas dan tulisan one penny (nominal prangko) pada bagian bawah.
Baca juga: 5 Cafe Baru yang Instagramable di Bandung, Apa Saja?
Penny Black merupakan prangko resmi dan berperekat pertama di dunia. Munculnya prangko tersebut membuat beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Preancis menerbitkan prangko.
Prangko pertama di Indonesia
Selain memiliki prangko pertama di dunia, Museum Pos Indonesia juga memiliki prangko pertama di Indonesia.
Pada zaman Hindia Belanda, mengutip Bobo, Jumat (21/4/2017), pemerintah menerbitkan prangko pertama di Nusantara berwarna merah pada 1864.
Prangko tersebut memiliki wajah Raja Belanda Willem III. Selama beberapa saat, pemerintah Hindia Belanda kerap menerbitkan prangko berwajah Raja dan Ratu Belanda sebelum memiliki ragam lain.
Terkini Lainnya
- Pergerakan Turis Domestik di Indonesia Capai 839 Juta hingga Oktober 2024
- Ada Pameran Wisata Golden Rama Extra 2024, Tawarkan Tur Destinasi Unik
- Reog Ponorogo Resmi Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO
- Jadi Destinasi Wisata Favorit Global 2024, Indonesia Punya 10 Tempat Favorit Libur Akhir Tahun
- Beli Tiket Kereta Api Lokal Hanya Bisa Online mulai 1 Januari 2025
- Cocok untuk Libur Akhir Tahun, Pantai Kelingking Jadi Pantai Terbaik di Asia pada 2024
- Masuk Daftar Tempat Wisata Alam Terbaik di Dunia, Berikut 4 Rekomendasi Wisata di Lombok untuk Libur Akhir Tahun
- Libur Akhir Tahun di Borobudur, Ini Cara Beli Tiketnya
- Museum Nasional Indonesia Rayakan Hari Disabilitas Internasional dengan Kampanye Pekan Inklusivitas
- 5 Tempat Wisata untuk Libur Natal dan Tahun Baru di Bandung
- 5 Wisata Ramah Anak Saat Libur Natal dan Tahun Baru di Bogor
- Bali Dipilih sebagai Tempat Favorit Wisatawan, Cocok Jadi Tempat Libur Akhir Tahun
- Pihak Berwenang Spanyol Ganggu Privasi Turis karena Ambil Data Pribadi
- 8 Etika Saat Liburan di Jepang yang Harus Diikuti
- Bingung Cari Destinasi Wisata Akhir Tahun? Coba Kunjungi Pantai Pasir Timbul Mansuar di Raja Ampat
- Reog Ponorogo Resmi Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO
- Kantor Pos Pertama Indonesia Ternyata Ada di Kota Tua Jakarta
- Asyik, Qatar Airways Diskon Tiket Pesawat 30 Persen
- Tips Berkunjung ke Tenda Dibawah Bintang di Lembang, Bawa Baju Hangat
- 4 Aktivitas Menarik Saat Berkunjung ke Tenda Dibawah Bintang di Lembang
- Harga Tiket Museum Angkut 2020, Ini Cara Belinya