Bagaimana Strategi Kemenparekraf Mendorong Pemulihan Sektor MICE di Era New Normal?
JAKARTA, – Pandemi Covid-19 memberikan pukulan keras untuk industri pariwisata dunia dan Indonesia. Pasalnya, pembatasan interaksi fisik untuk mencegah penyebaran Covid-19 membuat aktivitas-aktivitas pariwisata terpaksa terhenti.
Salah satu sektor pariwisata yang tidak luput dari dampak pandemi adalah sektor meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE).
“Karena inti dari pariwisata dan sektor MICE itu adalah melakukan perjalanan dan pertemuan. Sementara, kedua hal itu saat ini disarankan untuk tidak dilakukan, terutama di lima bulan pertama,” kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Event) Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani saat membuka acara webinar The Comeback Plan of MICE for 2021, Kamis (10/12/2020).
Rizki mengatakan, pandemi Covid-19 tidak hanya membuat berbagai ajang MICE di Indonesia dibatalkan. Akan tetapi, juga berdampak pada seluruh pihak yang terlibat dalam sektor MICE, seperti vendor pameran, pemilik venue, hotel, transportasi, dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang biasanya rutin melakukan pameran.
Data World Travel & Tourism Council menyebutkan, ada sekitar 50 juta pekerjaan dalam industri perjalanan dan pariwisata di seluruh dunia yang terdampak dengan 30 juta pekerja terancam kehilangan mata pencahariannya.
Meski sedang terpuruk karena pandemi, industri pariwisata, khususnya sektor MICE, diprediksi akan bangkit kembali mulai 2021 mendatang.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menjelaskan, pada prinsipnya pemulihan ekonomi secara bertahap akan terjadi di 2021. Tidak hanya Indonesia, tapi juga negara-negara lain.
“Kalau untuk recovery (pariwisata) pada 2021, khususnya pameran, eksibisi, dan meeting. Ini sangat mungkin 2021 sudah mulai bergerak meningkat,” ujar Bhima.
Kabar penemuan dan uji coba vaksin Covid-19, kata Bhima, juga menjadi satu stimulus. Jika vaksin sudah bisa didistribusikan pada 2021, harapannya pemerintah dan masyarakat kembali percaya diri untuk melakukan konsumsi.
Misalnya, masyarakat menengah atas mulai percaya diri untuk membelanjakan uangnya. Baik berbelanja lewat pameran maupun ajang MICE lainnya. Pasalnya, masyarakat kelas menengah atas saat ini cenderung menyimpan dan menunda untuk membelanjakan uangnya hingga ekonomi sudah kembali pulih serta pandemi terkendali.
Kemudian, dari sisi belanja pemerintah, ada beberapa pos belanja yang meningkat. Bahkan, anggaran beberapa kementerian yang tadinya dipotong, akan kembali meningkat pada 2021.
Peningkatan belanja pemerintah itu, kata Bhima, bisa berkorelasi positif karena frekuensi rapat dan perjalanan dinas akan bertambah. Hal ini bisa menstimulus kebangkitan sektor MICE Indonesia.
Dengan prediksi tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah bersiap untuk mendorong kebangkitan industri MICE pada 2021.
Nilai tambah MICE
Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (MICE) Kemenparekraf Masruroh mengatakan, sektor MICE menjadi salah satu sektor yang diprioritaskan pemulihannya oleh pemerintah karena memiliki banyak nilai tambah.
Setidaknya, ada empat nilai tambah yang dimiliki sektor MICE. Pertama, kontribusi kepada infrastruktur publik. Sebab, dengan adanya kegiatan MICE biasanya secara bersamaan akan dibangun infrastruktur-infrastruktur untuk menunjangnya.
Kedua, membuka kesempatan bagi pengusaha lokal untuk mengakses pasar internasional. Ketiga, citra positif untuk negara, industri, dan destinasi wisata.
“Kalau wisatawan yang datang adalah wisatawan leisure memang akan berdampak pada ekonomi, tetapi tidak secara langsung mengangkat image. (Berbeda dengan sektor MICE) contohnya, pada gelaran Asian Games 2018 yang sempat membuat Indonesia lama diperbincangkan di kalangan internasional,” papar Masruroh.
Keempat, gelaran MICE di Indonesia secara tidak langsung dapat meningkatkan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalamnya, seperti event organizer, liaison officer, dan pengelola venue.
Kebijakan khusus MICE
Untuk mendorong kebangkitan sektor MICE, Kemenparekraf telah menyusun rencana untuk sektor MICE di tahun 2021.
Masruroh menjelaskan, kebijakan pertama adalah membuat panduan Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE) kegiatan MICE serta melaksanakan sosialisasi dan stimulasi di beberapa destinasi MICE.
“CHSE MICE itu pedoman untuk melakukan kegiatan MICE di era new normal. Jadi, bagaimana kita tetap menyelenggarakan event MICE, tetapi (juga) tetap menjaga protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Itu kami buat dalam satu panduan yang juga kami simulasikan di destinasi-destinasi MICE,” papar Masruroh.
Masruroh menjelaskan, pihaknya menargetkan seluruh penyelenggaraan kegiatan MICE harus mengikuti protokol kesehatan. Demikian juga dengan pelaku kegiatannya, yakni asosiasi, korporasi, dan kementerian/lembaga (K/L).
Hal ini dilakukan agar kegiatan MICE tidak menjadi klaster penyebaran Covid-19 baru. Sosialisasi CHSE juga ditargetkan untuk para peserta, pengunjung, dan pengisi acara kegiatan MICE.
“Ada tiga tujuan CHSE. Pertama, prevention. Persiapan yang matang terkait kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan,” kata Masruroh.
Kemudian, detection atau kemampuan mendeteksi permasalahan terkait kebersihan, kesehatannya, dan keselamatan pada saat pelaksanaan kegiatan. Ketiga adalah action atau mengetahui apa yang harus dilakukan terjadi permasalahan.
“Itu semua diatur dalam protokol MICE yang disusun bersama dengan semua pihak terkait, termasuk akademisi,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Kemenparekraf telah melakukan sosialisasi dan simulasi panduan CHSE MICE ke beberapa destinasi MICE, seperti Bandung, Medan, Yogyakarta, Lombok, Surabaya, Manado, Batam, Tangerang, dan Semarang.
Kemudian, melakukan aktivitas promosi dan pendukungan kegiatan MICE yang diawali pasar domestik sambil menunggu border wisata dari luar negeri dibuka. Karena itu, Masruroh berharap pertemuan dalam kementerian/lembaga, korporasi, serta asosiasi domestik dapat bangkit terlebih dahulu.
Ketiga, Kemenparekraf masih melakukan bidding kegiatan MICE internasional di Indonesia. Keempat, membuat platform kolaborasi digital MICE Indonesia (MICE.id) yang dapat digunakan sebagai inventori data, online business to business (B2B) dan online platform untuk pertemuan virtual.
Kolaborasi dengan berbagai pihak
Namun, dalam upaya membangkitkan kembali sektor MICE Indonesia, Kemenparekraf tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kolaborasi dan kesiapan dari berbagai pihak yang terlibat di dalam sektor ini.
Terkait hal tersebut, Deputi Hubungan Pemerintahan Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI) Ndang Mawardi mengatakan, pihaknya aktif terlibat dalam persiapan, diskusi, hingga menyosialisasikan panduan CHSE kepada anggota-anggota ASPERAPI.
Selain itu, ASPERAPI juga menyusun suatu format dan melakukan simulasi pameran dengan protokol kesehatan di era new normal dengan para anggotanya. Sebagai informasi, terdapat 673 perusahaan yang menjadi anggota ASPERAPI saat ini.
Intinya, kata Ndang, pihaknya selalu memperhatikan faktor beberapa faktor, yakni higienitas, physical distancing, melakukan tracing, dan tanggung jawab sosial dalam penyelenggaraan MICE.
“Ini yang selalu kami gaungkan kepada para pelaku maupun anggota. Karena ini yang selalu menjadi acuan kami sebagaimana sudah diterapkan oleh WHO melalui Kementerian Kesehatan. Ini menjadi faktor yang selalu kami lakukan,” kata Ndang.
ASPERAPI, kata Ndang, juga memiliki rencana pemulihan. Pertama, melaksanakan panduan CHSE yang dikeluarkan Kemenparekraf, baik itu tracing, physical distancing, safety, hygiene, dan task force.
“Jadi, untuk setiap event yang diselenggarakan, anggota kami harus memiliki satuan tugas. Lalu, harus melakukan simulasi dan harus bisa mengklasifikasikan tingkat risiko suatu event,” ujar Ndang.
Kemudian dari sektor perhotelan, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) juga sudah memiliki panduan protokol kesehatan Covid-19 tersendiri sejak Maret 2020. Panduan itu bersifat umum, tetapi bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing hotel.
Wakil Ketua Umum PHRI Budi Tirtawisata mengatakan, panduan itu dibuat agar perhotelan dapat memberikan rasa aman pada konsumen tanpa mengabaikan protokol kesehatan. Selain itu, PHRI juga aktif mempromosikan kampanye Safe Travel yang dilakukan di beberapa kota.
“Kami sebagai pelaku industri pariwisata sangat memberikan perhatian dan berusaha semaksimal mungkin agar usaha-usaha bersama dalam pemulihan pariwisata maupun MICE bisa berjalan secepatnya,” ujar Budi.
Pasalnya, imbuh Budi, jika kegiatan MICE dan aktivitas perhotelan bisa berjalan kembali, tentu akan membantu vendor-vendor perhotelan yang sebagian besar berasal dari unsur UMKM.
Sementara itu, Direktur Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha kecil Menengah (LLP-KUKM) atau Smesco Leonard Theosabrata mengingatkan pentingnya unsur interaksi antara konsumen dan peserta MICE, selain penerapan protokol kesehatan.
Menurut Leonard, di masa pandemi saat ini teknologi virtual banyak digunakan untuk menggantikan kegiatan pameran secara langsung. Namun, cara itu tidak akan bisa menggantikan interaksi yang menjadi esensi acara-acara MICE.
Karena itu, menurutnya, pelaku-pelaku sektor MICE harus bisa merancang suatu ekosistem baru yang dapat mempertemukan penawaran dan permintaan agar terjadi interaksi, percakapan, dan hasil yang nyata.
Dengan begitu, seluruh upaya untuk mendorong pemulihan dan kebangkitan sektor MICE di masa mendatang dapat berjalan dengan baik sehingga dapat memajukan sektor MICE Indonesia.
Terkini Lainnya
- 3 Kegiatan Favorit Turis Indonesia di Swiss, Termasuk Seberangi Jembatan Gantung
- 8 Wisata di Swiss yang Bisa Dikunjungi Selain Winter, Ada yang "Hidden Gem"
- 7 Wisata Air Terjun Terpopuler Di Indonesia, Ada yang Dijuluki "Niagara"
- Hari Batik Nasional, Ini Panduan Berkunjung ke Museum Batik Indonesia
- 4 Penginapan Sekitar Pura Uluwatu Bali, mulai Rp 300.000-Rp 800.000-an
- 7 Tempat Wisata Anak di Bandung yang Edukatif dan Menyenangkan
- 5 Kafe Dekat Lokasi Bunga Tabebuya Bermekaran di Cikini Raya
- Hari Batik Nasional, Cicipi Pengalaman Membatik secara Gratis di Jakarta
- Daya Tarik Air Terjun Irenggolo di Kediri, Tempat Upacara Adat Nyadran
- Air Terjun Irenggolo Kediri: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka 2024
- Gardu Pandang Tieng Kejajar Dieng: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka
- Gardu Pandang Tieng Kejajar Spot Foto Sunrise di Wonosobo
- 5 Destinasi Wisata Seru di Batam Selain Pantai
- 288 Benda Cagar Budaya Pulang dari Belanda, Museum Nasional Indonesia Siap Hadirkan Pameran Repatriasi
- 8 Destinasi Wisata Musim Gugur Favorit Dunia, Saat Daun Tak Lagi Hijau
- Penutupan Tempat Wisata Wonogiri Saat Libur Nataru Masih Belum Pasti
- Wisata Religi Umat Katolik di Medjugorje, Bosnia Herzegovina
- Wisatawan Boleh Liburan di Kota Solo, Hanya Pemudik yang Dikarantina
- Ada Masjid Istiqlal di Bosnia, Hadiah dari Presiden Soeharto
- Unik, Ini Cara Orang Bosnia dan Herzegovina Minum Kopi