Apa Itu Sembahyang Leluhur dalam Perayaan Imlek?
– Orang Tionghoa dengan kepercayaan Konghucu biasanya melakukan sembahyang kepada leluhur menjelang Hari Raya Imlek dan Cap Go Meh.
Dalam buku Hari-Hari Raya Tionghoa yang ditulis Marcus A.S terbitan Suara Harapan Bangsa, orang Tionghoa memiliki pepatah sebagai berikut:
“Jika kita minum air, maka kita harus selalu ingat kepada sumbernya.”
Apabila dikaitkan dengan kehidupan manusia, kehidupan yang tengah dijalani tidak akan ada jika tidak berasal dari leluhur.
Baca juga:
- 4 Beda Imlek dan Cap Go Meh, Jangan Sampai Keliru
- Beda Perayaan Tahun Baru Imlek di China dan Indonesia
Dengan begitu, manusia harus tetap mengingat dan bersyukur akan kehidupan yang dijalani dengan memberi penghormatan kepada para leluhur.
Pengertian leluhur dalam kepercayaan orang Tionghoa tidak selalu soal kakek dan nenek moyang, namun mencakup keturunan yang lahir sebelum orang tersebut termasuk ayah dan ibu.
Umat Konghucu dan Buddha percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian.
Baca juga: Identik dengan Imlek, Berapa Isi Uang Angpau?
Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa ada sembahyang leluhur.
Sembahyang leluhur tidak hanya dilakukan untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur yang dikenal, tetapi juga yang tidak dikenal secara langsung. Namanya adalah Sembahyang Rebutan.
Namun, ada juga yang menyebutnya Sembahyang Cio-ko pada bulan tujuh (Cit-gwee).
Baca juga: Bukan Hari Raya Keagamaan, Apa Itu Imlek?
Sementara dalam ajaran Buddha, sembahyang tersebut dikenal dengan upacara Ulambana.
Dalam kebudayaan Tionghoa, khususnya mereka yang memegang kepercayaan Konghucu, sembahyang leluhur merupakan hal yang wajib untuk dilakukan.
View this post on InstagramA post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)
Beberapa orang Tionghoa masih memiliki altar sembahyang dalam rumah yang disebut sebagai Meja Abu.
Barang-barang yang terdapat di atas Meja Abu antara lain adalah papan arwah, dupa dan lilin, uang kertas, serta makanan dan minuman.
Baca juga: Kue Keranjang untuk Sembahyang Imlek Punya Makna Berbeda
Hidangan yang disajikan oleh setiap orang Tionghoa memiliki variasi yang berbeda yang juga disesuaikan dengan kondisi ekonomi masing-masing.
Terkini Lainnya
- 4 Aktivitas Seru di Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta, Bisa Belajar Bikin Gerabah
- Pengalaman Mengunjungi Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta, Serunya Belajar Bikin Gerabah
- Kisah Ruangan Khusus di Museum Sejarah Jakarta, Ternyata Tempat Pangeran Diponegoro Ditahan
- Wisata 4 Musim di Tottori, Jepang, Lihat Kunang-kunang di Hutan Liar Saat Musim Panas
- Lebih dari 32.000 Orang Serbu Dieng Banjarnegara Saat Long Weekend Maulid Nabi 2024
- Menengok Natsu Matsuri, Festival Budaya Jepang di Jakarta
- Mengapa Bali Sering Dipilih Jadi Lokasi Konferensi?
- Jalur ke Dieng Macet Parah Saat Long Weekend Maulid Nabi 2024
- Pengalaman Berkunjung ke Pasar Santa, Nikmatnya Kopi hingga Musik dari Piringan Hitam
- Rute ke Wisata Hiu Paus Botubarani di Gorontalo, 30 Menit dari Kota Gorontalo
- Kebumen Jadi Tuan Rumah Geofest ke-6 Tahun 2025, Targetkan 300 Peserta
- 5 Tips ke Wisata Hiu Paus Botubarani Gorontalo, Datang pada Waktu yang Tepat
- Mengulik Patung Hermes di Museum Fatahillah, Dulunya Sempat di Harmoni
- Pengalaman Ikut Pottery Class di Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta
- Cerita Cosplayer di Jak-Japan Matsuri 2024, Modal Rp 1,5 Juta
- Bagaimana Jalannya Acara Perayaan Imlek?
- Apa Itu Imlek dan Apa Tujuan dari Perayaannya?
- Resto di Lhokseumawe Ini Tawarkan Sensasi seperti di Rumah Sendiri
- Georgia Buka Akses bagi Turis yang Sudah Divaksinasi Tanpa Pembatasan
- The Lost World Castle Tetap Buka meski Merapi Semburkan Awan Panas