Mengintip Pesona Desa Penglipuran di Bali, Desa Terbersih Ketiga di Dunia
– Selalu ada yang menarik untuk dikulik dari Bali. Selain cantik secara bentangan alam, Pulau Seribu Pura ini juga kaya akan hasil seni dan budaya.
Berkunjung ke Bali pun sepertinya bukan sesuatu yang membosankan. Malahan, banyak orang kini tak sabar menjejakkan kaki di Pulau Dewata. Hal ini wajar mengingat hampir dua tahun sektor pariwisata Indonesia, termasuk Bali, ditutup akibat pandemi Covid-19.
Kini, situasi telah berbeda karena pandemi berangsur dapat dikendalikan.
Baca juga: 50 Desa Wisata Terbaik dari Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022
Karena itu, pemerintah optimistis untuk membuka kembali gerbang pariwisata Pulau Dewata. Pembukaan ini sekaligus menjadi momentum #ItstimeforBali.
Sebagai surga wisata #DiIndonesiaAja, Bali punya banyak pilihan obyek dan atraksi wisata, selain pantai. Salah satunya, Desa Penglipuran yang sudah tersertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE).
Baca juga: 5 Rekomendasi Desa Wisata di Pulau Jawa yang Bisa Dikunjungi dengan Road Trip
Desa Penglipuran adalah salah satu dari sembilan desa adat di Bali. Lokasinya berada di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, dan berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar.
Menurut legenda setempat, desa ini sudah ada sejak 700 tahun lalu, yaitu pada zaman Kerajaan Bangli. Cerita yang beredar juga menyebutkan bahwa Desa Penglipuran merupakan hadiah dari Raja Bangli kepada masyarakat yang ikut bertempur melawan Kerajaan Gianyar.
Sebagai desa adat, masyarakat Desa Penglipuran amat memegang tegas tradisi nenek moyang yang sudah berumur ratusan tahun.
Mereka juga masih menerapkan dua hukum tradisional dalam bermasyarakat, yakni awig-awig dan drestha. Kemampuan dalam mempertahankan tradisi membuat Desa Penglipuran begitu unik.
Baca juga: 4 Tempat Wisata Bali yang Dikunjungi Jokowi dan Cucu, Ada Pantai Nusa Dua
Lantas, apa saja yang menarik dari Desa Penglipuran? Mengapa desa ini patut untuk dijadikan destinasi tujuan wisata di Bali? Berikut ulasannya.
1. Dinobatkan sebagai Desa Terbersih di Dunia
Desa Penglipuran merupakan desa terbersih ketiga di dunia menurut Green Destinations Foundation, setelah Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda. Jadi, sampah berserakan, bising kemacetan, dan polusi udara mustahil ditemukan di desa ini.
Demi menjaga kebersihan, masyarakat setempat menyediakan tempat sampah di desa. Bahkan, setiap 30 meter terdapat tempat sampah.
Selain itu, pihak desa juga menerapkan sejumlah aturan adat ketat. Salah satunya, larangan menggunakan kendaraan bermotor agar kualitas udara tetap bersih.
Wisatawan yang hendak berkeliling Desa Penglipuran mau tak mau harus berjalan kaki atau bersepeda.
Baca juga: 15 Tempat Wisata Bali, Cocok untuk Libur Panjang
Meski begitu, kamu sepertinya tidak akan lelah, apalagi bosan. Pasalnya, saat memasuki desa, deretan tanaman hijau dan bunga warna-warni, seperti bugenvil, kembang sepatu, mawar, dan kamboja akan menyambutmu.
Semakin masuk ke dalam, pemandangan desa terlihat semakin memanjakan mata. Udara pun terasa kian sejuk.
Kalaupun lelah di perjalanan, kamu bisa singgah di warung makan yang ada di dalam desa atau bersantai sejenak di banjar adat di pertengahan permukiman.
Selain predikat desa terbersih di dunia, Desa Penglipuran juga mendapat beberapa penghargaan bergengsi lain, seperti Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) pada 2017 dan Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.
Baca juga: Antibosan, Berikut Ide Kreatif Liburan Virtual ke Bali dari Rumah
2. Mengadopsi konsep tata ruang tradisi nenek moyang
Di tengah terpaan modernisasi, Desa Penglipuran masih mempertahankan tradisi dan nilai luhur nenek moyang. Salah satunya terlihat dari tata ruang desa yang mengadopsi konsep Tri Mandala.
Tri Mandala merupakan pembagian lahan menjadi tiga zona berdasarkan nilai kesucian yang diurutkan, mulai dari utara sebagai tempat paling suci hingga selatan sebagai tempat paling tidak suci.
Oleh masyarakat setempat, zona utama mandala yang terletak di utara dianggap sebagai peraduan para dewa. Karena itu, tempat ibadah hanya didirikan di kawasan ini.
Baca juga: 15 Wisata Ubud Bali dan Sekitarnya, Kaya Akan Budaya dan Alam
Salah satunya, Pura Penataran, tempat memuja Dewa Brahma yang merupakan pencipta seluruh alam semesta menurut kepercayaan Hindu.
Sementara, di bagian tengah desa, terdapat zona madya mandala. Area ini difungsikan sebagai permukiman penduduk.
Selanjutnya, zona paling tidak suci di selatan disebut sebagai nista mandala. Area ini dikhususkan sebagai tempat peristirahatan terakhir masyarakat yang sudah mangkat alias pemakaman penduduk.
Baca juga: Yuk, Jalan-jalan Virtual ke 4 Destinasi Keren di Indonesia
3. Hunian tradisional
Kemampuan masyarakat Desa Penglipuran dalam mempertahankan tradisi juga terlihat dari huniannya.
Sebagian besar pekarangan—sebutan untuk rumah—di desa ini dibangun dengan konsep tradisional. Hal ini tampak dari penggunaan bambu sebagai material utama bangunan.
Secara arsitektur, rumah warga di Desa Penglipuran pun tampak unik karena punya pola seragam. Keseragaman ini dilihat dari bentuk angkul-angkul, luas lahan bangunan, dan pembagian denah ruangan.
Baca juga: 5 Kafe Hits di Bangli Bali, Bisa Nikmati Pemandangan Gunung Batur
Setiap rumah di Desa Penglipuran memiliki kamar tidur, ruang tamu, dapur, balai-balai, lumbung, dan tempat sembahyang. Keseragaman tersebut membuat desa ini berbeda dengan desa adat lainnya yang ada di Bali.
Selain untuk tata ruang desa, konsep Tri Mandala juga diaplikasikan pada rumah penduduk dengan ketentuan hampir sama. Bagian utama hanya untuk tempat beribadah, tengah (kamar dan dapur) untuk beraktivitas sehari-hari, dan bagian luar digunakan sebagai tempat menjemur baju atau serta kandang ternak.
Baca juga: Bikin Rumah Tambah Nyaman dengan Sentuhan 3 Kain Tradisional Ini
Terkini Lainnya
- Momen Langka, Kota Shimla di India Diselimuti Salju di Awal Desember
- 5 Etika yang Harus Diperhatikan Sebelum "Check-Out" Hotel
- Harga Tiket Masuk Kastil Himeji Naik hingga 200 Persen
- Ada Badai Saat Mendaki Gunung, Ini Saran dari Pemandu
- Ini 4 Persiapan Mendaki Saat Musim Hujan yang Wajib Diikuti
- 16 Wisata Keluarga di Bandung Saat Nataru, Seru untuk Semua Usia
- 15 Wisata Alam di Bandung Saat Nataru, Cocok untuk Healing
- Hotel Swiss-Belinn Indramayu Dibuka, Tarif Menginap mulai Rp 628.000
- Libur Nataru Wisatawan Bisa Keliling Kota Yogya Naik Becak Kayuh Tenaga Alternatif
- Harga Tiket dan Jam Buka di New Small World, Lengkap dengan Rute ke Lokasi
- Cuaca Buruk di Gunung Agung Bali, Pendaki Harus Patuhi Pemandu
- Keliling Dunia dalam Satu Hari di New Small World, Purwokerto
- 10 Spot Instagramable di New Small World, Cocok untuk Foto Kekinian
- Promo 12.12, Ada Diskon Tiket Kereta Api 20 Persen
- Pohon Tumbang di Monkey Forest Ubud Makan Korban, Wisatawan Diimbau Waspada Saat Cuaca Buruk
- Rute dan Harga Tiket Masuk Candramaya Pool and Resort Klaten
- Anak Usia di Bawah 12 Tahun Diizinkan Naik Kapal, Ini Aturannya Mulai 21 Oktober
- Syarat Baru Naik Kereta Api per 22 Oktober 2021, Tidak Wajib Bawa STRP
- Anak Usia di Bawah 12 Tahun Boleh Naik Kereta Api Jarak Jauh, Ini Syaratnya
- Anak Usia di Bawah 12 Tahun Boleh Naik Pesawat, Kereta Api, dan Kapal