pesonadieng.com

Wisata Air dan Pesawat Amfibi

Pesawat amfibi Be-200 Altair milik Rusia tiba di Lanud TNI AU Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu (3/1/2015). Rusia mengirimkan dua pesawat yakni BE200 dan pesawat Ilyushin II-76 yang akan membantu proses pencarian black box pesawat AirAsia QZ8501.
Lihat Foto

BELAKANGAN ini Indonesia tengah menggalakkan pariwisata sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang sangat potensial.

Wisata air mulai menjadi pilihan sejak semakin tingginya minat para turis yang datang ke Indonesia.

Sebagai negara tropis tentu saja wisata air di Indonesia menjadi sangat menarik. Setidaknya sudah ada lebih dari lima destinasi wisata air di Indonesia yang sudah mulai dikenal luas di dunia.

Mulai dari Nusa Dua di Bali, Pantai Parai Tenggiri di Bangka Belitung, Bunaken di Sulawesi Utara, Pulau Derawan di Kalimantan, Gili Trawangan di NTB, Raja Ampat di Papua, Wakatobi di Sulawesi, dan masih banyak lagi lainnya.

Sayangnya adalah di kawasan wisata air tersebut belum terlihat penggunaan pesawat amfibi atau seaplane yang digunakan.

Padahal di banyak kawasan wisata air di seluruh dunia penggunaan pesawat amfibi atau telah menjadi motor penggerak yang sangat efektif bagi kunjungan wisatawan.

Hal ini tentu saja mengundang pertanyaan besar dari berbagai pihak, tentang mengapa di Indonesia penggunaan pesawat amfibi tidak populer terutama dalam hal melayani turis yang berkunjung di kawasan wisata air.

Lokasi wisata air di Indonesia yang beraneka ragam keidahannya sangat menarik wisatawan untuk datang berkunjung.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas logikanya penggunaan pesawat amfibi akan menjadi sarana yang sangat membantu dalam jejaring perhubungan antarpulau.

Kenyataannya tidak demikian adanya. Pesawat amfibi di Indonesia nyaris tidak atau kurang dikenal.

Walaupun sebenarnya di zaman Hindia Belanda sampai beberapa tahun pada awal kemerdekaan penggunaan pesawat amfibi cukup banyak populasinya.

Pemerintah Hindia Belanda banyak menggunakan pesawat amfibi bagi perhubungan antarpulau di Indonesia.

Sampai tahun 1950-an dan awal tahun 1960, masih banyak terlihat penggunaan pesawat amfibi oleh pihak penerbangan sipil dan juga militer. Sayangnya tahun 1980-an, sudah tidak terlihat lagi pesawat amfibi terbang di Indonesia.

Pesawat amfibi tidak sepenuhnya menghilang, karena terdapat satu dua investor asing pada beberapa tempat tertentu masih menggunakan pesawat amfibi bagi kebutuhan perhubungan antarpulau terpencil di daerah.

Sekali lagi mengapa penggunaan pesawat amfibi di Indonesia tidak berkembang dengan baik, perlu dicari apa gerangan yang menyebabkannya. Apabila dilihat sebagai negara kepulauan maka penggunaan pesawat amfibi pasti dibutuhkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat