Sejarah Berdirinya Museum Taman Prasasti, Bekas Makam Kuno Belanda
- Bagi penikmat wisata sejarah, berkunjung ke Museum Taman Prasasti bisa jadi pilihan. Apalagi dengan koleksi-koleksinya yang tak biasa, kian menambah daya tarik museum yang dulunya bekas kompleks pemakaman ini.
Beralamat di Jalan Tanah Abang 1, Jakarta Pusat, Museum Taman Prasasti awalnya digunakan sebagai pemakaman khusus orang asing di Batavia, yang dibuat oleh Pemerintah Belanda pada 1795.
Baca juga:
- Wisata Malam di Museum Taman Prasasti, Ada Makam Kuno Belanda
- Cerita di Balik 20 Nisan di Museum Taman Prasasti Jakarta
"Makam dengan nama Kebon Jahe Kober ini berdiri pada 28 September 1795, ada berbagai macam makam dari zaman VOC sampai pemerintahan Hindia Belanda," kata Danu Wibowo, Humas dan Kemitraan Museum Kebangkitan Nasional yang menjadi pembicara dalam acara Jelajah Malam Museum, di Museum Taman Prasasti, Selasa (14/2/2023).
Sejarah Museum Taman Prasasti
Awalnya Museum Taman Prasasti merupakan sebuah area pemakaman elit bernama Kebon Jahe Kober dengan luas 5,5 hektar.
Lahan tersebut mulai digunakan pada tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping Gereja Nieuw Hollandsche Kerk (sekarang Museum Wayang) yang sudah penuh.
Danu bercerita, saat itu kondisi Batavia sangat padat dan tidak sehat, sehingga menyebabkan banyak warga terserang wabah penyakit.
"Batavia lama di Kotatua drainasenya kotor, menimbulkan penyakit malaria, hingga pemerintahan dipindahkan ke Weltevreden, kini area RSPAD Gatot Subroto sampai Museum Gajah," ujarnya.
Baca juga:
- Pengalaman Jelajah Malam di Museum Taman Prasasti, Lihat Makam Kuno
- 4 Fakta Museum Taman Prasasti Jakarta, Bekas Pemakaman Orang Asing
Akibatnya, proses kematian berjalan cepat. Inilah yang membuat halaman Gereja Nieuw Hollandsche Kerk tidak mampu menampung banyaknya makam.
Pemerintah lalu mencari lahan pemakaman baru di luar kota, arah selatan.
Lokasi pemakaman Kebon Jahe cukup strategis di dekat Sungai Krukut. Sungai ini lantas dimanfaatkan untuk membawa jenazah dan kerabat pengantar dengan puluhan perahu dari pusat kota menuju Kebon Jahe.
Setelah mengarungi sungai, jenazah dibawa dengan kereta menuju pemakaman yang jaraknya sekitar 500 meter.
Dulunya pemakaman ini dikhususkan bagi pegawai kompeni dan orang-orang yang disetarakan dengan orang Belanda.
Terkini Lainnya
- Pantai Porok Gunung Kidul, Keindahan Pantai yang Diapit 2 Bukit
- Pesawat "Delay" atau Batal Terbang, Ini 7 Hal yang Perlu Dilakukan
- Ke Mana Perginya Barang Sitaan yang Ada di Bandara?
- Pantai Porok Gunung Kidul: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka
- Berkunjung ke Taman BKT, Ini 4 Kegiatan yang Bisa Dilakukan
- Jadwal dan Tarif Damri Menuju Kepulauan Derawan
- Amaris Hotel Manado Baru Dibuka, Tarif Menginap Rp 490.000-an
- Mengenal Sejarah Hari Raya Kuningan, Turunnya Dewa dan Leluhur ke Bumi
- Cara ke Taman BKT di Jakarta Timur Naik JakLingko, Transjakarta, dan KRL
- Atraksi Budaya dan Alam Jadi Daya Tarik Pengunjung Wonderful Indonesia Tourism Fair 2024
- 5 Hotel Murah di Bali Dekat Pantai Kuta, mulai Rp 150.000
- Bandara Ngurah Rai Bali Punya 90 "Autogate" Baru
- Rumah Pohon Inyiak Bukittinggi: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka
- Rumah Pohon Inyiak Spot Foto Instagenik di Bukittinggi
- "Healing" Hemat di Taman BKT Jakarta Timur, Suasananya Bikin Betah
- Kisah di Balik Terowongan Silaturahmi, Penghubung Masjid Istiqlal dan Katedral
- 5 Tempat Wisata Anak di Samarinda, Ada yang Gratis
- Taman Rekreasi Malang Ditutup karena Tak Ada Pengelola
- Sejarah Kota Solo, Berawal dari Geger Pecinan hingga Pindah Keraton
- F1 PowerBoat di Danau Toba Siap Digelar, Sandiaga: Dapat Tarik Kunjungan 25.000 Wisatawan