Sikap Turis Asing yang Langgar Aturan di Bali Jangan Digeneralisasi
- Guru Besar Bidang Pariwisata di Universitas Udayana I Gde Pitana mengimbau agar sikap oknum wisatawan mancanegara (wisman) asal Rusia yang melanggar aturan di Bali tidak digeneralisasi.
Adapun beberapa ulah oknum wisman Rusia itu, antara lain menjadi pekerja ilegal dan mengendarai kendaraan dengan pelat nomor palsu.
Baca juga:
- Menanti Tindakan Tegas Pemerintah Terhadap WNA yang Berulah di Bali
- Menparekraf Tanggapi Turis Asing Pakai Pelat Nomor Palsu di Bali
"Tamu Rusia di sini mungkin 500.000 orang yang bikin masalah mungkin 10 orang, lalu kita men-stereotype (stereotipe) bahwa semua tamu Rusia seperti itu semua," kata Pitana kepada , Selasa (7/3/2023).
Bukan kejadian yang pertama
Menurutnya, wisman dari negara lain juga pernah melakukan pelanggaran yang lebih parah, salah satunya wisman asal China yang memotong terumbu karang saat menyelam di perairan Bali.
Selain itu, wisatawan nusantara (wisnus) juga kerap melakukan pelanggaran, seperti naik ke pantung atau pura dengan tujuan hanya untuk berfoto.
"Kita tidak boleh mengeneralisir suatu bangsa atau suatu kelompok masyarakat," ujarnya.
Hal senada juga diucapkan oleh Ketua DPP Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Ashari.
Menurutnya, pelanggaran yang dilakukan wisman semacam itu bukan yang pertama terjadi di Indonesia, melainkan sudah terjadi sejak lama.
Ia pun mencontohkan, dulu ada wisman dari Australia melakukan berbagai macam kegaduhan dan tindak pidana.
"Waktu itu Australia backpacker-nya banyak dan banyak membuat kegaduhan bahkan pidana segala macam," kata Azril kepada , Selasa (7/3/2023).
Terlalu fokus ke kuantitas, bukan kualitas wisatawan
Azril menilai, semua masalah ini terjadi karena pemerintah selalu fokus pada jumlah wisatawan yang datang dan bukan kualitas wisman yang berwisata.
Padahal yang terpenting untuk Indonesia bukan jumlah wisatawan tetapi lamanya mereka berwisata di Indonesia.
"Sehingga enggak perlu banyak dan kita lebih aman. Sehingga kita dapat level wisatawannya itu yang menengah ke atas, kalau menengah ke bawah terjadilah seperti ini," ujarnya.
Oleh karena itu, untuk mencegah hal serupa terjadi lagi ia menilai perlu ada evaluasi regulasi terkait kemudahan wisatawan masuk ke Indonesia.
"Harus ada evaluasi antar kementerian dan lembaga terkait," tutur Azril.
Baca juga: Asita Bali Bantah Praktik Jual Beli Kepala Turis China
Terkini Lainnya
- 4 Aktivitas Seru di Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta, Bisa Belajar Bikin Gerabah
- Pengalaman Mengunjungi Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta, Serunya Belajar Bikin Gerabah
- Kisah Ruangan Khusus di Museum Sejarah Jakarta, Ternyata Tempat Pangeran Diponegoro Ditahan
- Wisata 4 Musim di Tottori, Jepang, Lihat Kunang-kunang di Hutan Liar Saat Musim Panas
- Lebih dari 32.000 Orang Serbu Dieng Banjarnegara Saat Long Weekend Maulid Nabi 2024
- Menengok Natsu Matsuri, Festival Budaya Jepang di Jakarta
- Mengapa Bali Sering Dipilih Jadi Lokasi Konferensi?
- Jalur ke Dieng Macet Parah Saat Long Weekend Maulid Nabi 2024
- Pengalaman Berkunjung ke Pasar Santa, Nikmatnya Kopi hingga Musik dari Piringan Hitam
- Rute ke Wisata Hiu Paus Botubarani di Gorontalo, 30 Menit dari Kota Gorontalo
- Kebumen Jadi Tuan Rumah Geofest ke-6 Tahun 2025, Targetkan 300 Peserta
- 5 Tips ke Wisata Hiu Paus Botubarani Gorontalo, Datang pada Waktu yang Tepat
- Mengulik Patung Hermes di Museum Fatahillah, Dulunya Sempat di Harmoni
- Pengalaman Ikut Pottery Class di Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta
- Cerita Cosplayer di Jak-Japan Matsuri 2024, Modal Rp 1,5 Juta
- Promo Liburan Tiket.com hingga 10 Maret 2023, ke Jepang PP Mulai Rp 3,9 Juta
- WNA yang Ganggu Ketertiban Bisa Dideportasi
- 5 Fakta Masjid Istiqlal Osaka, Dekat Destinasi Wisata Populer
- Cara Pesan Tiket Kereta Bandara Soekarno-Hatta, Online dan Offline
- 5 Tempat Beli Oleh-oleh di Korea Selatan