pesonadieng.com

5 Beda Keraton Yogyakarta dan Solo, Berawal dari Perjanjian Jatisari

Keraton Yogyakarta. Salah satu tempat bersejarah di Yogyakarta yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi 
pada tanggal 9 Oktober 1755.
Lihat Foto

- Kasultanan Ngayogyakarta atau Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo berasal dari kerajaan yang sama, yakni Kerajaan Mataram Islam.

Melalui Perjanjian Giyanti yang ditandatangani pada 13 Februari 1755, Kerajaan Mataram Islam terbagi menjadi dua, yakni Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo. Pembagian Kerajaan Mataram Islam tersebut merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah.

Baca juga:

Keraton Yogyakarta berada di Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Sedangkan, Keraton Solo berada di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo.

Meskipun berasal dari kerajaan yang sama, yakni Kerajaan Mataram Islam, namun ada perbedaan antara Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo.

Ilustrasi Keraton Surakarta, Keraton SoloShutterstock/Setyo Adhi Pamungkas Ilustrasi Keraton Surakarta, Keraton Solo

Lantas, apa beda Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo? Simak ulasannya berikut ini seperti dihimpun .

1. Gelar penguasa 

Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta. 

kratonjogja.id Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta.

Setelah Perjanjian Giyanti, maka Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo masing-masing dipimpin oleh seorang raja.

Keraton Yogyakarta dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I, seperti dikutip dari website Kraton Jogja. Saat ini, Keraton Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono X.

Sedangkan, Keraton Solo dipimpin oleh Susuhan Paku Buwono III atau Sunan Pakubuwono III. Saat ini, Keraton Solo dipimpin oleh Sunan Pakubuwono XII.

2. Tradisi dan adat istiadat 

Tari Bedhaya Ketawang Keraton SurakartaTribunnews.com Tari Bedhaya Ketawang Keraton Surakarta

Dua hari setelah Perjanjian Giyanti, dilaksanakan Perjanjian Jatisari tepatnya pada 15 Februari 1755. Berdasarkan informasi dari website Kraton Jogja, salah satu isi penting Perjanjian Jatisari adalah membahas perbedaan identitas kedua keraton tersebut.

Bahasan dalam perjanjian ini meliputi perbedaan identitas tata cara berpakaian, ada istiadat, bahasa, gamelan, tari tradisional, dan sebagainya.

Baca juga:

Inti dari Perjanjian Jatisari adalah, Sultan Hamengku Buwono I memilih untuk melanjutkan tradisi dan adat istiadat lama Kerajaan Mataram Islam.

Sementara itu, Sunan Pakubuwono III sepakat untuk memberikan modifikasi atau menciptakan bentuk budaya baru, dengan tetap berlandaskan pada budaya lama. Perjanjian Jatisari tersebut merupakan titik awal perkembangan budaya yang berbeda antara Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat