Greenflation dan Pariwisata Indonesia, Apa Dampaknya?
JAKARTA, - Istilah greenflation ramai diperbincangkan usai debat calon wakil presiden (cawapres) pada Minggu (21/1/2024) lalu.
Saat itu, cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, bertanya pendapat cawapres nomor urut 3, Mahfud MD, soal greenflation.
Dikutip dari berita yang tayang pada Selasa (23/1/2024), greenflation atau green inflation merupakan dampak yang diciptakan karena transisi energi.
“Greenflation ini kan sebetulnya dampak yang diciptakan ketika transisi energi ataupun dekarbonisasi itu bisa menyebabkan kenaikan harga, terutama di tingkat produsen dan konsumen,” ujar Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira dikutip dari berita .
Lalu, apa dampaknya pada pariwisata Indonesia?
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyampaikan, inflasi hijau ini tentu akan berdampak pada pariwisata Indonesia, di mana tema besar tahun ini adalah pariwisata hijau.
"Misalnya memasang solar panel di beberapa hotel dalam rangka green tourism, tetapi ternyata regulasinya sekarang tidak memungkinkan mereka untuk invert, menjual energi yang dihasilkan ke PLN," kata Sandiaga.
Hal itu membuat investasi harus dialihkan penyediaan baterai yang disebut Sandiaga meningkatkan biayanya.
"Untuk hal seperti itu, pemerintah harus cepat memberikan regulasi yang mendorong green tourism dan ekonomi hijau," tambahnya.
Baca juga:
- 7 Wisata Hijau Bumi Journey, Tanam Mangrove dan Terumbu Karang
- Likupang Akan Terapkan Konsep Pariwisata Hijau
- Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Wisata Watu Mabur, Lembah Hijau Eksotis di Yogyakarta
Subsidi bukan solusi
Menurut Sandiaga, pemerintah dapat membantu penyediaan insentif berupa teknologi yang diperlukan dalam pariwisata hijau.
Misalnya, bila PLN belum bisa menerima inventer atau listrik yang diproduksi oleh fasilitas pariwisata, bisa digunakan untuk insentif menurunkan harganya bagi pelanggan UMKM di sentra ekonomi kreatif (ekraf).
"Jangan sampai komitmen kita ke pariwisata hijau itu justru meningkatkan biaya energi, pangan, dan akhirnya meningkatkan biaya untuk healing," ujar Sandiaga.
Meski demikian, Sandiaga menyampaikan bahwa subsidi bukan solusi dalam menciptakan pariwisata ini, melainkan regulasi.
Bila memerlukan sistem tertentu, bisa mengadakan insentif dari segi pengadaan teknologi yang ada.
"Sehingga harapannya, green jobs atau lapangan kerja hijau, sebagai bagian dari peningkatan lapangan kerja, bisa tercapai," tutup dia.
Baca juga:
Terkini Lainnya
- Jelajah Hutan Poco Ndeki sambil Amati Elang Flores di Manggarai Timur
- Bikin Perjalanan Makin Nyaman, Ini 3 Tip Sewa Mobil Aman Saat Liburan di Bali
- 6 Kesalahan Tamu Hotel Saat Menginap yang Sering Terjadi
- Bandara Internasional Komodo Terus Benahi Layanan untuk Kenyamanan Wisatawan
- Keseruan Bermain Air di Waterboom The Gondang Park
- Jam Buka dan Harga Tiket The Gondang Park Klaten
- Cara Menuju ke The Gondang Park
- Harga Tiket Masuk di HILLpark Sibolangit Sumatera Utara Terbaru
- Cegah Masuk Teroris, Jepang Akan Terapkan Sistem Otoritas Perjalanan Elektronik
- Berkunjung ke Pangkalpinang, Jangan Lupa Mampir ke Agrowisatanya
- Fasilitas dan Wahana di The Gondang Park Klaten
- The Gondang Park, Wisata Edukasi dan Sejarah Menarik di Klaten
- Merayakan Ulang Tahun Hu Chun, Panda Betina di Taman Safari Bogor
- Diakui Dunia, Geopark Kebumen Ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark
- Great Barrier Reef di Australia Berupaya Seimbangkan Pariwisata dan Ekologi
- Super Air Jet Buka Penerbangan Rute Medan-Padang PP Mulai 24 Januari 2024
- Camping di Hutan Pinus Pasir Langlang Panyawangan Purwakarta
- Desa Wisata Legok Barong Purwakarta: Daya Tarik, Lokasi, dan Jam Buka
- Cara ke Kota Tua Naik KRL dan Transjakarta, Lokasinya Strategis
- PHRI Kepulauan Riau: Kenaikan Pajak Hiburan Harap Ditinjau Ulang