Bau Nyale 2024 Akan Berpusat di Mandalika, Catat Tanggalnya
- Tradisi bau nyale tahun ini akan dipusatkan di Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK) Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), dari pertengahan Februari 2024 sampai awal Maret 2024.
"Untuk karnaval Bau Nyale 2024 dipusatkan di Mandalika," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah, Lalu Sungkul, dilansir dari Antara, Sabtu (17/2/2024).
Baca juga: 4 Fakta Tradisi Bau Nyale di Lombok, Berawal dari Putri Mandalika
Sebagai informasi, bau nyale merupakan tradisi menangkap cacing laut.
Dilaporkan oleh , Jumat (10/2/2023), cacing laut ini diyakini masyarakat setempat sebagai jelmaan Putri Mandalika, yang bisa memberi kesejahteraan bagi siapa pun yang menghargainya.
Ada lomba baca lontar dan karnaval
Tradisi bau nyale tahun ini akan terdiri dari sejumlah acara. Pada hari Jumat (23/2/2024), misalnya, akan ada lomba membaca lontar di Alun-alun Tastura, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
Selanjutnya pada Sabtu (24/2/2024), akan ada Grand Final Pemilihan Putri Mandalika di Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
Baca juga:
- Festival Bau Nyale 2024 di Lombok Jatuh pada 29 Februari dan 1 Maret
- Alasan Masyarakat Antusias Ikuti Tradisi Bau Nyale, Bisa Datangkan Kesejahteraan
Terdapat pula tradisi presean mulai Minggu (25/2/2024) hingga Selasa (27/2/2024) di Mandalika, dilanjutkan dengan Karnaval Putri Mandalika pada Rabu (28/2/2024) di Mandalika.
Adapun Hari Bau Nyale atau proses menangkap cacing laut akan diadakan pada Kamis (29/2/2024) dan Jumat (1/3/2024).
"Untuk malam puncak Bau Nyale tetap dipusatkan di kawasan Pantai Seger di KEK Mandalika," ucap Lalu Sungkul.
Baca juga: Kisah di Balik Festival Bau Nyale Bisa Jadi Nilai Jual Pariwisata
Menurut tokoh budayawan Lombok Tengah, Lalu Agus Faturahman, keputusan waktu penyelenggaraan Hari Bau Nyale berdasarkan proses bernama Sangkep Warige.
"Hari Bau Nyale jatuh pada 29 Februari dan 1 Maret 2024. Ini hasil Sangkep Warige," tutur Lalu Agus Faturahman.
Sebelum sidang besar tersebut, sudah diadakan sidang kecil yang dihadiri pemangku adat dari delapan penjuru mata angin, tokoh agama, dan tokoh pemuda atau perwakilan dari masing-masing wilayah.
"Sidang kecil itu untuk menghimpun pendapatan para tokoh. Keputusan ini diambil berdasarkan hati nurani untuk kebersamaan masyarakat sasak," ucapnya.
Baca juga:
Terkini Lainnya
- Kemenpar Mau Berantas Pungli di Tempat Wisata agar Wisatawan Nyaman
- 5 Wisata Ramah Anak Saat Libur Natal dan Tahun Baru di Jakarta
- Tips Liburan di Puncak Saat Libur Natal dan Tahun Baru
- Bupati Semarang Gratiskan Anggota Korpri di Wisata yang Dikelola Pemkab
- Museum Sangiran, Menguak Sejarah Perkembangan Peradaban Manusia
- 5 Ide Aktivitas Libur Natal dan Tahun Baru di Jakarta
- 4 Aktivitas di Pertunjukan Stuntman Show di TMII, Bisa Kulineran
- 6 Rekomendasi Tempat Wisata di Jakarta untuk Libur Sekolah, Bermain Sambil Belajar
- 6 Destinasi Wisata Mirip di Film Moana, Ada yang Versi Live Action
- 7 Taman untuk Piknik di Jakarta, Ada Area Bermain Anak dan Gratis
- Pajak Daerah Kota Batu Sektor Hotel, Restoran, dan Kafe Desember 2024 Diprediksi Capai Rp 25 Miliar
- 5 Tips Menonton Stuntman Show di TMII, Jangan Datang Terlambat
- Libur Akhir Tahun di TMII, Ada Indonesia International Stuntman Show
- 5 Wisata Waterpark di Batu, Rekomendasi Libur Nataru 2024
- Indonesia International Stuntman Show TMII: Lokasi, Jam Buka, dan Harga
- Sempat Dianggap Overtourism, Target 7 Juta Turis Asing di Bali 2024 Dinilai Tak Masalah
- Ekspektasi Tak Seindah Kenyataan Saat Berwisata, Ini 5 Cara Mengatasinya
- Wisatawan yang Hendak Snorkeling dan Diving di TN Komodo, Diimbau Cek Kesehatan Dulu
- Brakseng Desa Sumber Brantas, Spot Sunset di Kota Batu
- Kebun Teh Kertowono Lumajang: Tiket Masuk, Lokasi dan Jam Buka