pesonadieng.com

Musim Panas Ekstrem di Eropa Makin Berbahaya: Dampaknya bagi Wisatawan

Pemandangan Acropolis di Athena, Yunani.
Lihat Foto

- Musim panas ekstrem di Eropa turut memengaruhi sektor pariwisata, terutama bagi turis yang hendak berkunjung

Seperti yang dialami seorang wisatawan bernama Mary Beth Wals (21) asal Texas, Amerika Serikat (AS) yang sebenarnya sudah terbiasa dengan suhu panas.

Namun ketika dia dan teman-temannya mengunjungi Athena, Yunani pada pertengahan Juni 2024, mereka dikejutkan dengan suhu yang mencapai 37 derajat Celsius.

Baca juga: 10 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 3-10 Juli 2024, Berikut Daftarnya

"Saya sama sekali tidak tahu tentang panas yang terjadi sampai kami berada di sana, yang cukup mengejutkan," kata dia dilansir dari CNN Travel (29/6/2024).

Pada siang hari, mereka kesulitan untuk menjelajahi kota dengan berjalan kaki akibat lemas karena panas. Kondisi ini tidak hanya dialami oleh Mary Beth, tetapi juga oleh banyak turis lain yang datang ke Eropa bagian selatan.

Musim panas ekstrem yang dipicu oleh krisis iklim sekarang menjadi kenyataan yang harus dihadapi, mempengaruhi minat wisatawan untuk mengunjungi negara-negara Mediterania yang lebih panas.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh (@kompascom)

Sebaliknya, destinasi yang lebih sejuk seperti Republik Ceko, Bulgaria, dan Denmark menjadi semakin diminati.

Musim panas ekstrem juga menyebabkan kekeringan parah di salah satu destinasi favorit, yakni Pulau Sisilia, Italia.

Baca juga: Eropa Dilanda Musim Panas Ekstrem, Pariwisata Terdampak

Dilansir dari , Minggu (7/7/2024), hotel-hotel bahkan sampai menolak turis karena tidak punya cukup air.

Waspada penyakit akibat nyamuk

Dampak dari perubahan iklim tidak hanya terbatas pada suhu yang ekstrem dan kelangkaan air bersih.

Ilustrasi nyamuk demam berdarah, nyamuk aedes aegypti. Ilustrasi nyamuk demam berdarah, nyamuk aedes aegypti.

Peningkatan suhu juga menggeser habitat nyamuk pembawa penyakit seperti Aedes albopictus ke wilayah-wilayah baru di Eropa.

Hal ini meningkatkan risiko penularan penyakit seperti demam berdarah, chikungunya, dan zika di beberapa negara Eropa, termasuk Yunani, Italia, Portugal, dan Spanyol.

Baca juga: Risiko Penularan Demam Berdarah pada Olimpiade Paris 2024

Wisatawan perlu beradaptasi

Wisatawan perlu beradaptasi untuk menghadapi kondisi seperti ini. Pihak berwenang di Yunani bahkan telah mengimbau para wisatawan untuk tidak meremehkan bahaya panas yang intens, terutama di tengah hari.

Berbagai agen perjalanan, seperti Trekking Hellas, kini menyesuaikan jadwal kegiatan wisata dengan menghindari jam-jam terik. Perjalanan dilakukan saat matahari terbit dan tenggelam, atau bahkan melakukan kegiatan di malam hari.

Baca juga: 10 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 3-10 Juli 2024, Berikut Daftarnya

Meskipun demikian, kesadaran akan perubahan iklim di kalangan wisatawan masih cenderung bersifat sesaat, sering terlupakan ketika mereka merencanakan liburan berikutnya.

Hal ini menunjukkan perlunya adaptasi lebih lanjut dari industri pariwisata untuk mengantisipasi gejala iklim ekstrem yang semakin sering terjadi.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat