Santorini, Pulau Instagrammable yang Terancam oleh Overtourism
- Santorini, pulau di Yunani yang terkenal dengan rumah-rumah putih, gereja-gereja berdinding biru, dan pemandangan laut nan memukau, telah menjadi magnet bagi wisatawan.
Pulau ini bahkan dijuluki "Instagram Island" karena keindahannya yang sempurna untuk diabadikan dalam foto.
Namun, keindahannya yang tak tertandingi ini justru mengancam keberlangsungan pulau tersebut.
Baca juga: Wisata Pantai di Santorini, Berenang dengan Pemandangan Gunung Berapi
Dengan jumlah pengunjung mencapai 3,4 juta orang per tahun, Santorini kewalahan menghadapi lonjakan wisatawan, terutama pada puncak musim liburan.
Hingga 17.000 penumpang kapal pesiar dapat berlabuh dalam sehari, memadati pusat-pusat wisata, seperti Fira dan Oia.
Lihat postingan ini di InstagramSebuah kiriman dibagikan oleh (@kompascom)
Kerumunan wisatawan ini telah mengganggu kehidupan sehari-hari penduduk lokal dan menimbulkan ketegangan.
Uniknya ketika malam tiba, pulau yang ramai tersebut seolah berubah menjadi kota hantu, menciptakan suasana yang kontradiktif.
Usulan pembatasan pengunjung
Wali Kota Santorini, Nikos Zorzos mengusulkan pembatasan jumlah penumpang kapal pesiar menjadi 8.000 orang per hari.
Usulan ini didukung oleh Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis dan direncanakan diberlakukan pada tahun 2025.
Adapun protes anti-pariwisata telah menjadi isu panas di Eropa, termasuk di Spanyol dan Belanda.
Baca juga: Harga Tiket dan Jam Buka Santorini di Gunungkidul, Jungwok Blue Ocean
Venesia baru-baru ini membatasi jumlah wisatawan dalam satu kelompok menjadi 25 orang dan melarang penggunaan pengeras suara.
Overtourism telah menjadi tantangan bagi banyak destinasi wisata, yang berusaha menyeimbangkan pendapatan dari sektor pariwisata dengan kualitas hidup penduduk dan kelestarian lingkungan.
Bukan overtourism, tetapi juga infrastruktur
Namun menurut beberapa pihak, masalah Santorini bukan hanya tentang terlalu banyak wisatawan.
Gianluca Chimenti, operator tur lokal yang telah tinggal di Santorini selama 18 tahun, menyatakan bahwa pulau tersebut justru sepi di luar musim liburan.
Meskipun media sosial dipenuhi dengan foto-foto kerumunan di tempat-tempat wisata populer, Chimenti mengatakan bahwa situasi sebenarnya berbeda.
Terkini Lainnya
- 5 Perlengkapan Standar untuk Pendaki Tektok, Bawa Ransel dan Permen
- Amanah Borneo Park, Wisata di Tengah Alam Kalimantan
- Korea Selatan Targetkan 19.000 Kunjungan Wisatawan MICE Indonesia 2024
- 5 Tips Pendakian Tektok, Jangan Mendaki Tektok Sebelum Melakukan Ini
- Fasilitas Face Recognition Ada di 19 Stasiun Kereta, Ini Cara Daftarnya
- Pembahasan RUU Kepariwisataan Ditunda, Menparekraf: Tidak Ada yang Tidak Diajak Bicara
- Turis Indonesia Peringkat Ke-12 Paling Banyak ke Jepang Tahun 2024
- Pemerintah Bentuk Satgas untuk Pantau Tarif Akomodasi Jelang MotoGP Indonesia 2024
- Pendakian Tektok Marak di Media Sosial, Apa Tidak Berbahaya?
- Roma Akan Batasi Jumlah Turis di Air Mancur Trevi yang Ikonis
- Jepang Belum Batasi Turis Asing, Imbas Monkeypox
- Sadranan Park, Wisata Baru untuk Keluarga di Gunungkidul
- Wahana Seru yang Ada di Sadranan Park, Bisa Naik Monorel
- Simak Rute Menuju ke Sadranan Park Gunungkidul
- Hotel Berbintang di Mandalika Penuh Jelang MotoGP 2024, Wisatawan Diarahkan Pesan di Mataram dan Senggigi
- Wisatawan Diimbau Patuhi Tour Guide Saat Berwisata ke TN Komodo
- Aquaria KLCC Kuala Lumpur: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi
- Rute Menuju Jendela Alam dari Alun-alun Bandung
- Jendela Alam Bandung 2024: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka
- Tren Wisata Pasca-pandemi, Wisatawan Booking Tur Jauh-jauh Hari