pesonadieng.com

Efek Bola Salju Harga Tiket Pesawat: Mengguncang Fondasi Pariwisata Indonesia

Ilustrasi penerbangan, tiket pesawat.
Lihat Foto

KENAIKAN harga tiket pesawat domestik yang berkepanjangan memicu efek bola salju (snowball effect) yang berpotensi menghancurkan perkembangan pariwisata Indonesia.

Peningkatan biaya perjalanan menciptakan serangkaian dampak negatif yang terus tumbuh, melemahkan sektor pariwisata secara menyeluruh dan mencederai citra Indonesia sebagai destinasi wisata global.

Lebih ironis, banyak rute penerbangan antardaerah di Indonesia kini harus transit di negara lain— kenyataan pahit yang mencoreng wajah pariwisata kita di mata dunia.

Dalam kerangka teori push and pull factors yang umum dalam studi pariwisata, kita dapat melihat bagaimana motivasi wisatawan untuk berkunjung menjadi tergerus.

Push factors, seperti keinginan individu untuk mencari pengalaman baru atau menghilangkan stres, semakin lemah karena tingginya harga tiket pesawat.

Meskipun pull factors—seperti keindahan alam dan kekayaan budaya Indonesia—tetap kuat, daya tarik ini menjadi semakin tidak efektif ketika biaya perjalanan menjadi penghalang utama bagi banyak orang.

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan signifikan dalam jumlah wisatawan domestik, terutama di destinasi yang sangat bergantung pada akses udara.

Sebagai contoh, kunjungan ke Bali dan Lombok mengalami penurunan hingga 20 persen sejak kenaikan harga tiket pesawat.

Penurunan ini tidak hanya merugikan industri penerbangan, tetapi juga menghantam sektor perhotelan, restoran, dan usaha kecil menengah yang sangat bergantung pada arus wisatawan.

Meskipun Satgas Pengendalian Harga Tiket Pesawat telah berupaya menstabilkan harga dengan pengaturan tarif batas atas dan bawah, hasil yang diharapkan belum terlihat.

Oleh karena itu, diperlukan solusi lebih komprehensif, seperti subsidi silang bagi rute-rute yang kurang menguntungkan serta peningkatan infrastruktur transportasi alternatif seperti kereta api dan kapal laut.

Perlu adanya peningkatan promosi wisata alternatif terhadap destinasi wisata lokal yang dapat diakses melalui jalur darat atau laut. Ini bisa menjadi alternatif bagi wisatawan yang terkendala kenaikan harga tiket pesawat.

Pemerintah juga dapat memperkuat infrastruktur transportasi multimoda untuk mempermudah akses ke destinasi wisata tanpa harus bergantung pada transportasi udara. Pengembangan jalur kereta api, bus, dan kapal feri bisa menjadi solusi jangka panjang.

Selain itu, perlu adanya kebijakan insentif bagi maskapai untuk meningkatkan frekuensi penerbangan pada rute-rute padat, serta promosi besar-besaran yang mengkombinasikan potensi wisata lokal dengan penawaran harga yang lebih kompetitif.

Pendekatan ini tidak hanya akan menarik kembali wisatawan domestik, tetapi juga memperkuat daya saing pariwisata Indonesia di pasar global.

Pada akhirnya, sinergi antara pemerintah, maskapai penerbangan, dan pelaku industri pariwisata sangat penting untuk memastikan bahwa pariwisata Indonesia tetap bertumbuh di tengah tantangan ekonomi yang ada.

Dengan mengatasi dampak kenaikan harga tiket pesawat secara efektif, kita dapat mengoptimalkan potensi besar pariwisata domestik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat