pesonadieng.com

"Travel Bubbles", Menyelamatkan Pariwisata Indonesia dari Monkeypox

Ilustrasi penyakit monkeypox atau cacar monyet
Lihat Foto

PARIWISATA merupakan sektor ekonomi yang paling rentan terhadap isu kesehatan global, termasuk penyebaran virus.

Saat ini, dunia menghadapi ancaman baru, yakni penyebaran virus monkeypox. Penyakit zoonosis ini disebabkan oleh virus Monkeypox, yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus dari keluarga Poxviridae.

Meskipun dampaknya tidak sebesar COVID-19, virus monkeypox tetap memiliki potensi penyebaran yang signifikan melalui kontak erat.

Dalam beberapa bulan terakhir, peningkatan kasus di berbagai negara telah meningkatkan risiko penyebaran lintas negara.

Data terbaru dari Spanyol, misalnya, melaporkan lebih dari 5.000 kasus monkeypox selama musim liburan, menciptakan kekhawatiran global dan memaksa sejumlah negara mengeluarkan peringatan perjalanan yang berdampak pada penurunan jumlah wisatawan.

Bagi Indonesia, pariwisata merupakan salah satu tulang punggung perekonomian, dengan beberapa daerah seperti Bali, Yogyakarta, dan Lombok sangat bergantung pada kedatangan wisatawan internasional.

Mengingat kondisi ketidakpastian akibat ancaman monkeypox, diperlukan respons cepat dan efektif untuk menjaga kesehatan masyarakat sekaligus memastikan keberlanjutan sektor pariwisata. Salah satu pendekatan yang bisa diterapkan adalah "travel bubbles".

Travel bubbles, yang merupakan kesepakatan perjalanan antarnegara dengan risiko kesehatan yang terkendali, menawarkan solusi strategis dalam menjaga mobilitas internasional tanpa mengorbankan kesehatan publik.

Dalam konteks monkeypox, penerapan travel bubbles memungkinkan Indonesia mempertahankan pengawasan perbatasan yang ketat tanpa harus memberlakukan penutupan total, yang berpotensi merusak perekonomian.

Di sisi lain, kebijakan ini juga memberikan rasa aman bagi wisatawan internasional yang ingin berkunjung, dengan kepastian bahwa protokol kesehatan yang ketat diberlakukan di perbatasan.

Studi dari WHO menunjukkan bahwa travel bubbles yang didukung oleh protokol pengujian dan vaksinasi dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit hingga 70 persen.

Hal ini menegaskan bahwa kebijakan tersebut dapat menjaga keberlangsungan sektor pariwisata di tengah ancaman kesehatan global.

Oleh karena itu, Indonesia harus segera menjalin kerja sama dengan negara-negara yang memiliki tingkat infeksi rendah, sambil tetap menerapkan mekanisme yang fleksibel, sehingga perjanjian dapat disesuaikan atau dihentikan sementara jika terjadi peningkatan kasus di salah satu negara mitra.

Dengan kebijakan adaptif, pemerintah dapat merespons perubahan situasi tanpa mengganggu stabilitas ekonomi.

Implementasi travel bubbles bukan hanya soal melindungi kesehatan publik, tetapi juga menjaga stabilitas sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat