pesonadieng.com

Mengapa Bali Sering Dipilih Jadi Lokasi Konferensi?

Menparekraf Sandiaga Salahudin Uno saat menyampaikan kata sambutan dalam acara Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) Conference di Nusa Dua, Badung, Bali pada Selasa (21/6/2022). Kompas.com/ Yohanes Valdi Seriang Ginta
Lihat Foto

Konferensi atau pertemuan penting tingkat nasional bahkan internasional, sering kali diselenggarakan di Bali.

Mulai dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), Tourism Ministerial Meeting, The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment In Tourism in Asia, sampai yang terbaru, World Water Forum.

Bukan tanpa alasan bila Bali hampir selalu terpilih menjadi lokasi pertemuan penting di tingkat dunia.

Baca juga: 8 Tempat Wisata di Bali Selain Pantai untuk Long Weekend

Menurut Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, Bali memang sangat diminati (demanding) bagi pendatang asal berbagai negara.

"Utamanya acara-acara MICE, Bali memang sudah menjadi top of mind karena demanding," ujar Nia dalam Weekly Brief with Sandi Uno, Senin (2/9/2024).

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Rute udara menuju Bali pun tak sulit ditempuh dari banyak bandara di berbagai dunia, sehingga memudahkan pengisi konferensi untuk tiba di Bali tanpa perlu banyak transit.

Baca juga: Duta Orchid Garden Bali, Lihat Anggrek Lebih Dekat

"Maunya langsung terbang tanpa banyak transit. Bali punya akses itu," lanjut Nia.

Belum lagi, ekosistem di Bali yang sudah terbentuk dan memudahkan pemenuhan kebutuhan konferensi.

Wisatawan mengunjungi objek wisata Tanah Lot pada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 di Tabanan, Bali, Sabtu (9/10/2021). Objek wisata di Pulau Dewata tersebut mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik setelah kasus COVID-19 melandai dan menjelang dibukanya kembali Pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara pada 14 Oktober 2021 mendatang. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nz
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo Wisatawan mengunjungi objek wisata Tanah Lot pada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 di Tabanan, Bali, Sabtu (9/10/2021). Objek wisata di Pulau Dewata tersebut mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik setelah kasus COVID-19 melandai dan menjelang dibukanya kembali Pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara pada 14 Oktober 2021 mendatang. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nz

Misalnya, tempat (venue), akomodasi, sampai layar LED, seperti disebutkan Nia yang menjadi kebutuhan umum selama konferensi berlangsung.

"Kalau terjadi apa-apa, safety security, ekosistem pendukung, rumah sakit, dan sebagainya, mungkin lebih kuat, tetapi memang akses dan top of mind menjadi citra kuat," ungkap dia.

Baca juga: Kemenparekraf Bersiap Ajukan Buleleng Bali Masuk UNESCO Creative Cities Network

Daya tarik wisata Bali juga memikat banyak orang. Ada saja wakil-wakil dalam konferensi yang sengaja menetap lebih lama di Bali untuk menikmati keindahan alam dan budaya pulau ini.

Namun demikian, Nia tidak menampik penumpukan wisatawan di Bali, khususnya di bagian Selatan yang terjadi belakangan ini.

"Kita semua tau bahwa persoalannya, (Bali) terlalu terkonsentrasi di Selatan. Makanya Kemenparekraf juga sudah mulai mempromosikan destinasi di Bali yang less crowded," tutup Nia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat