pesonadieng.com

Sejarah Kota Yogyakarta yang Rayakan HUT ke-268

Tugu Jogja.
Lihat Foto

 - Kota Yogyakarta merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-268 pada Senin (7/10/2024).

Dilansir dari , Senin, akan ada event Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) 2024 untuk merayakan HUT ke-268 Yogyakarta itu.

Adapun berdirinya Kota Yogyakarta ternyata menyimpan kisah sejarah menarik, terutama pecahnya Kerajaan Mataram Islam menjadi dua (Surakarta dan Yogyakarta) melalui Perjanjian Giyanti.

Baca juga: Dugaan Penipuan Acara Olahraga Berkedok HUT Kota Yogyakarta, Polisi Turun Tangan

Sejarah berdirinya Kota Yogyakarta

Berikut ini  rangkum sejarah berdirinya Kota Yogyakarta:

Kota Yogyakarta memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Perjanjian ini membagi Kerajaan Mataram menjadi dua wilayah, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.

Pangeran Mangkubumi, yang dikenal sebagai Sultan Hamengku Buwono (HB) I, diangkat sebagai raja Ngayogyakarta.

Sultan HB I kemudian memegang kekuasaan atas wilayah-wilayah strategis seperti Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede, dan beberapa wilayah luar, seperti Madiun, Magetan, dan Cirebon. 

Baca juga: Meriahkan HUT Yogyakarta, 14 Kemantren Terlibat di Wayang Jogja Night Carnival

Setelah pembagian wilayah selesai, Sultan menetapkan bahwa daerah Mataram yang berada di bawah kekuasaannya dengan nama Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibu kota di Ngayogyakarta (Yogyakarta).

Pengumuman ini dilakukan pada 13 Maret 1755, sebuah peristiwa penting yang kemudian dikenal sebagai Hadeging Nagari Ngayogyakarta.

Perpindahan ke keraton baru jadi HUT Kota Yogyakarta

Lokasi yang dipilih untuk pusat pemerintahan adalah Hutan Pabringan, terletak strategis di antara Sungai Winongo dan Sungai Code. Keputusan memilih lokasi ini juga didasarkan pada pertimbangan pertahanan dan keamanan.

Pembangunan keraton sebagai pusat pemerintahan dimulai pada 9 Oktober 1755, sementara Sultan dan keluarganya tinggal sementara di Pesanggrahan Ambar Ketawang, Gamping, untuk memantau proses pembangunan.

Suasana bagian dalam Keraton Yogyakarta./ERWIN HUTAPEA Suasana bagian dalam Keraton Yogyakarta.

Setelah hampir setahun, pembangunan keraton selesai pada 7 Oktober 1756. Sultan Hamengku Buwono I, bersama keluarga dan pengikutnya, berpindah dari Ambar Ketawang ke keraton yang baru.

Proses perpindahan ini dikenal dengan sebutan boyongan, momentum penting yang menandai dimulainya kehidupan dan kebudayaan baru di Yogyakarta.

Sultan memasuki keraton melalui gerbang selatan atau Kori Kemagangan yang kemudian dihiasi dengan ornamen bermakna simbolis.

Baca juga: Tamu Wayang Jogja Night Carnival Dibatasi untuk Netralitas Pilkada

Di gerbang ini terdapat ornamen naga yang menunjukkan angka tahun 1682 dalam penanggalan Jawa.

Ornamen tersebut juga memuat filosofi keberanian dan kemanunggalan, yang diartikan bahwa Yogyakarta dengan semangat persatuan, akan mampu menghadapi tantangan zaman.

Atas dasar peristiwa bersejarah ini, Pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan tanggal 7 Oktober 1756 sebagai hari berdirinya Kota Yogyakarta.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat