pesonadieng.com

BRICS: Gerbang Baru Pariwisata Indonesia

Menteri Luar Negeri Sugiono di antara para pemimpin dunia di KTT ke-16 BRICS di Kazan, Rusia, pada 24 Oktober 2024.
Lihat Foto

INDONESIA saat ini dihadapkan pada kesempatan langka yang dapat merevolusi wajah pariwisatanya melalui pendekatan strategis dalam BRICS.

Kehadiran Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono di KTT BRICS di Rusia adalah lebih dari sekadar kehadiran diplomatik, melainkan sinyal kuat bahwa Indonesia siap memasuki pasar global dan menyerap arus wisatawan yang lebih beragam dan dinamis dari negara-negara anggota BRICS.

Sebagai negara kepulauan dengan ribuan destinasi menakjubkan dan budaya beragam, Indonesia dapat menawarkan pengalaman wisata unik yang tidak bisa ditemukan di negara lain.

Kesempatan ini harus diiringi strategi promosi yang efektif dan inovatif. Strategi pariwisata Indonesia di forum internasional seperti BRICS harus lebih dari sekadar branding atau pencitraan.

Perlu ada aksi nyata dalam memperkuat daya tarik dan infrastruktur wisata yang ada. Seperti pengemasan paket wisata yang secara khusus menarik bagi pasar BRICS.

Dengan memperkenalkan paket wisata yang berbasis pada ekowisata dan pariwisata budaya, Indonesia akan menonjol sebagai destinasi yang tidak hanya berfokus pada jumlah wisatawan, tetapi juga kualitas dan keberlanjutan pengalaman wisata.

Tur ramah lingkungan yang melibatkan masyarakat lokal, pengalaman budaya di pedesaan, serta kesempatan untuk terlibat dalam konservasi alam adalah beberapa opsi yang bisa dikembangkan dalam paket wisata tersebut.

Dengan ini, Indonesia dapat menjadi pelopor dalam pariwisata berkelanjutan di antara negara-negara berkembang lainnya.

Pemerintah Indonesia juga perlu memberikan insentif bagi investor BRICS agar bersedia menanamkan modal di sektor pariwisata, terutama dalam infrastruktur dasar yang masih perlu diperkuat.

Menurut data terbaru dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi asing di sektor pariwisata Indonesia belum mencapai potensi maksimal, dengan sebagian besar investasi masih berpusat di Bali.

Untuk mengubah dinamika ini, pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investor asing dengan insentif seperti pembebasan pajak impor untuk peralatan infrastruktur dan pengurangan pajak pendapatan bagi investor asing yang berinvestasi di destinasi wisata di luar Bali.

Insentif ini dapat memperluas jaringan wisata Indonesia ke wilayah-wilayah yang memiliki potensi wisata, tapi minim infrastruktur.

Peningkatan aksesibilitas juga merupakan aspek penting dalam memperkuat pariwisata Indonesia. Dalam konteks ini, kerja sama dengan maskapai dari negara-negara BRICS perlu ditingkatkan untuk membuka lebih banyak penerbangan langsung ke destinasi utama di Indonesia.

Pembukaan penerbangan langsung tidak hanya akan mengurangi waktu perjalanan wisatawan, tetapi juga meningkatkan arus wisatawan dari negara-negara BRICS yang cenderung mencari destinasi eksotis dan budaya baru.

Penerbangan langsung dari kota-kota besar seperti Moskow, New Delhi, atau Beijing dapat mendongkrak jumlah wisatawan mancanegara dan memberikan efek ekonomi berganda bagi industri lokal.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat