pesonadieng.com

Menyelami Dubai Tempo Dulu Saat Masa Sulit di Al Shindagha Museum

Pemandu menunjukkan salah satu instalasi di Al Shindagha Museum, Bur Dubai Area, Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu (27/10/2024). Al Shindagha Museum merupakan salah satu destinasi wisata sejarah di Dubai yang memberikan informasi tentang perkembangan Dubai dari masa ke masa.
Lihat Foto

– Dubai di Uni Emirat Arab (UEA), saat ini dikenal sebagai tempat dengan gedung-gedung tinggi dan bergelimang kekayaan.

Namun, ternyata masa lalu Dubai tidaklah demikian. Dubai saat itu hanya semacam kota kecil di tengah padang pasir.

“Waktu saya sampai di Dubai 22 tahun lalu, kota ini belum ada apa-apa. Hanya padang pasir.  Jalan-jalan ini, gedung-gedung tinggi itu, semua belum ada,” kata Said Jamil Usman Shah, seorang pria asal Pakistan yang bekerja di sebuah perusahaan agen wisata di Dubai. 

Baca juga: Aroma Parfum Favorit di Dubai Ternyata Berasal dari Indonesia

Jamil menjadi saksi begitu cepatnya Dubai melakukan pembangunan. Pria yang sehari-hari membawa turis-turis asing itu bahkan kerap terkaget-kaget akan gedung-gedung pencakar langit baru, jalan-jalan besar baru yang terus bermunculan setiap saat.

Jika melihat ke belakang, tidak ada yang menyangka bahwa kota ini dulunya melewati masa-masa sulit. Bahkan, saat Indonesia merdeka, UEA belum menjadi sebuah negara yang diperhitungkan. Popularitas Dubai sama sekali belum terdengar.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh (@kompascom)

Ketika itu, Dubai hanyalah kota kecil di pesisir pantai yang hanya diisi para nelayan dan penyelam mutiara.

Dubai yang bergelimang kekayaan

Namun dalam kurang dari 50 tahun, Dubai bertransformasi begitu masif menjadi sebuah kota metropolis dan pusat perdagangan penting bagi dunia internasional.

Di kota dengan 3,7 juta penduduk ini, segala rekor dunia diciptakan. Gedung tertinggi, pulau reklamasi terbesar, shopping mall terbesar, hotel berbintang 7 pertama, akuarium terbesar, dan sebagainya. Bagi Dubai, tidak ada yang tidak mungkin. 

Baca juga: Ridwan Kamil Ingin Kembangkan Wisata di Kepulauan Seribu Jadi ala Maldives dan Dubai

Saat menginjakkan kaki di Dubai pada 26 Oktober 2024, kemegahan dan kecanggihan Dubai International Airport langsung menyambut saya dan rekan.

Setelah melakukan perjalanan udara 8 jam dari Jakarta, kami pun memulai perjalanan di Dubai pada malam hari. 

Gedung-gedung pencakar langit dengan berbagai arsitektur yang tak jarang bergaya futuristik tampak memukau.

Saya pun bertanya-tanya, bagaimana Dubai menjadi kota semaju ini hanya dalam waktu cepat? Bagaimana pula Dubai mengubah wajahnya dari sebuah kota beretnis Arab menjadi kota multi-etnis di mana 90 persen penduduknya adalah ekspatriat?

Semua pertanyaan itu akhirnya terjawab saat kami mengunjungi Al Shindagha Museum.

Baca juga: Video Viral Perempuan Memesan Uber Unta di Gurun Dubai, Warganet Tak Percaya

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat