pesonadieng.com

Depok Punya Paspor, Berisi Rute Wisata dan Bisa Distempel

Paspor Wisata Depok Lama yang digagas oleh Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Departemen Arsitektur FTUI bekerja sama dengan Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) sebagai mitra penerima dan Yayasan Tenggara telah diluncurkan di Kantor Pemerintah Kota Depok.
Lihat Foto

- Tidak cuma Bekasi yang punya paspor, tapi juga Depok. Paspor ini dinamai Paspor Wisata Depok Lama yang menjadi panduan pengembangan rute wisata di Depok Lama, Jawa Barat.

Paspor Depok ini diinisiasi oleh Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Departemen Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI), bekerja sama dengan Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) sebagai mitra penerima dan Yayasan Tenggara.

Baca juga: Stasiun Pondok Rajeg di Depok Kembali Beroperasi Usai Non-aktif 18 Tahun

Koordinator Pengmas UI sekaligus Guru Besar FTUI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan menuturkan, program ini hasil kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan UI. Utamanya Direktorat Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat UI selaku pemberi dana.

"Program ini adalah suatu langkah pelestarian berkelanjutan yang dapat menjaga warisan budaya, menggerakkan ekonomi komunitas, sekaligus menyebarluaskan pentingnya sejarah Depok melalui program kreatif, agar masyarakat bisa lebih peduli terhadap kotanya sendiri," kata Prof. Kemas, dilansir dari Antara dan laman resmi UI, Jumat (13/12/2024).

Baca juga:

Berisi rute wisata dan bisa distempel

Paspor Wisata Depok Lama yang digagas oleh Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Departemen Arsitektur FTUI bekerja sama dengan Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) sebagai mitra penerima dan Yayasan Tenggara telah diluncurkan di Kantor Pemerintah Kota Depok. Dok. Antara/Humas Universitas Indonesia Paspor Wisata Depok Lama yang digagas oleh Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Departemen Arsitektur FTUI bekerja sama dengan Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) sebagai mitra penerima dan Yayasan Tenggara telah diluncurkan di Kantor Pemerintah Kota Depok.

"Pemegang" paspor Depok Lama bisa menemukan dua rute wisata di dalam dokumen tersebut. Keduanya adalah wisata alam dan wisata bangunan kolonial di sekitar Jalan Pemuda. 

Jika ingin mengetahui sejarah banguna lebih jauh, terdapat barcode yang bisa dipindai. Nantinya "pemegang" paspor bisa melihat buklet dan menonton video animasi.

Apabila mau nongkrong, terdapat rekomendasi kafe yang bisa disambangi. Di tempat itu, "pemegang" paspor Depok Lama juga bisa minta stempel sebagai tanda pernah mengunjungi Depok Lama.

Baca juga: 9 Tempat Ngabuburit di Depok, Banyak Tempat Gratis

Sebagai informasi, Depok memiliki sejarah yang panjang. Pada tahun 1969, mantan petinggi VOC, Cornelis Chastelein membeli tanah seluas ribuan hektar di selatan Batavia. 

Chastelein lantas mempekerjakan 150 pekerja pribumi untuk mengelola pertanian dan menetap di area ini. Para pekerja tersebut juga disebut memperoleh pendidikan dan kehidupan layak. 

Sebelum tutup usia, Chastelein pun berpesan agar para pekerja dimerdekakan dan diberikan lahan. Falsafah dari Chastelein menjadi nilai yang diturunkan ke generasi selanjutnya oleh komunitas Kaum Depok atau Belanda Depok sampai saat ini.

Sejarah Depok Lama yang panjang tersebutlah membuat wilayah ini berpotensi sebagai lokasi wisata sejarah yang edukatif, sekaligus mendorong pembangunan berkelanjutan yang menekankan sisi historis, budaya, dan prinsip pelestarian.

"Hal ini lah yang menggerakkan Klaster Sejarah, Teori, dan Pelestarian Arsitektur FTUI untuk membuat program pengabdian masyarakat melalui pembuatan media promosi wisata yang dikemas dalam bentuk Paspor Wisata Depok Lama," tutur Prof. Kemas.

Baca juga:

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat