pesonadieng.com

Kelenteng Hian Thian Siang Tee, Jejak Budaya Tionghoa di Welahan

Ilustrasi Kelenteng Hian Thian Siang Tee, Jepara, Jawa Tengah.
Lihat Foto

 - Kelenteng Hian Thian Siang Tee yang berada di Welahan, Jepara, adalah salah satu kelenteng tertua di Indonesia.

Berdiri megah di tengah Pasar Welahan, bangunan ini menjadi pusat spiritual umat Konghucu sekaligus simbol perjalanan budaya Tionghoa di Jawa Tengah.

Baca juga:

 

Dengan gapura merah mencolok dan ornamen keemasan, suasana syahdu terasa sejak pertama kali melangkah masuk.

Ilustrasi seputar Kelenteng Hian Thian Siang Tee.dok.humas.jatengprov.go.id Ilustrasi seputar Kelenteng Hian Thian Siang Tee.

Sejarah Berdirinya Kelenteng

Kelenteng ini didirikan pada masa awal Kerajaan Majapahit oleh pasukan Tar-Tar dari Mongolia.

Keunikan kelenteng ini terlihat dari arsitekturnya yang memadukan kayu jati tua dengan dinding tembok kokoh, mempertahankan keasliannya selama ratusan tahun.

Meski usia pastinya belum diketahui, klenteng ini menyimpan cerita menarik tentang benda pusaka yang dibawa oleh Tan Siang Boe, seorang pemuda asal Tiongkok.

Ikon Spiritual: Dewa dan Dewi yang Disembah

Patung Dewa Hian Thian Siang Tee menjadi ikon utama di ruang peribadatan kelenteng. Sebagai Dewa Langit, ia dipercaya memberikan petunjuk nasib dan perlindungan.

Selain itu, terdapat ruang untuk Kong Co Kwan Tee Kun, seorang dewa kesatria, serta Makco Kwan Im, dewi kasih sayang.

Suasana tenang semakin terasa dengan alunan musik tradisional dan penerangan dari lampu teplok.

Pusaka dan Ramalan Tradisional

Kelenteng Hian Thian Siang Tee menyimpan koleksi benda pusaka seperti pedang kuno, tempat abu, dan buku pengobatan tradisional.

Hingga kini, terdapat 120 resep obat kuno dan 51 ramalan nasib yang masih digunakan oleh pengunjung yang mencari petunjuk.

Proses ramalan dilakukan dengan cara unik, yaitu menggunakan chiamsi, seikat lidi yang memberikan nomor petunjuk.

Tradisi Kirab Budaya Tahunan

Setiap perayaan Imlek, kelenteng ini menjadi pusat kirab budaya yang menarik banyak perhatian.

Patung-patung dewa diarak keliling kota menggunakan tandu yang dihias indah dengan warna merah dan emas.

Prosesi ini tidak hanya memperkuat hubungan antarumat, tetapi juga melestarikan tradisi budaya Tionghoa yang telah berlangsung turun-temurun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat