Pascapandemi Covid-19, Industri Hotel dan Restoran Masih Belum Pulih
![Ilustrasi kamar hotel](https://asset.kompas.com/crops/lYc31DPu30hRR-OC81kIxM5K9RY=/0x0:1920x1280/750x500/data/photo/2021/05/06/6093b5b99f8a0.jpg)
- Industri perhotelan di Indonesia belum sepenuhnya pulih usai diterpa pandemi Covid-19.
Salah satu alasannya adalah karena faktor daya beli masyarakat yang masih belum seperti sedia kala.
"Kalau pulih 100 persen belum. Terhadap 2019, belum sepenuhnya pulih. Di dalam negeri ada faktor daya beli yang memang belum seperti semula. Jadi faktor daya beli masyarakat belum pulih," kata Ketua Umum Perhimpunan dan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam konferensi pers saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PHRI 2024 yang pantau secara online, Kamis (22/2/2024).
Baca juga: PHRI Kepulauan Riau: Kenaikan Pajak Hiburan Harap Ditinjau Ulang
Hariyadi melanjutkan, faktor lain yang menjadi kendala yaitu adanya penambahan inventory di akomodasi yang tidak tercatat.
Lihat postingan ini di InstagramSebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)
Selain daya beli masyarakat, kendala lainnya adalah adanya penurunan pangsa pasar di sektor perhotelan.
Restoran juga belum pulih
Kondisi ini, sambung Hariyadi, juga dialami oleh sektor restoran. Belum pulihnya industri restoran pascapandemi terjadi karena kendala daya beli masyarakat, serta adanya peningkatan biaya produksi.
Baca juga: Okupansi Hotel Naik 80 Persen Saat Libur Panjang Isra Miraj dan Imlek
"Seperti kita ketahui, misalnya saat-saat terakhir ini harga beras naik. Nah itu salah satu contoh juga mengurangi (daya beli masyarakat) cukup signifikan terhadap margin," katanya.
![Ilustrasi restoran dengan sajian dari koki](https://asset.kompas.com/crops/qfkDlHJolj0bnqTh-t56ol8Hp10=/1x0:1280x853/750x500/data/photo/2022/09/11/631d8e7f38dca.jpg)
Meskipun begitu, Hariyadi melihat adanya potensi untuk tumbuh bagi industri hotel dan restoran di Indonesia.
Namun, ia mengingatkan untuk tetap waspada terhadap dampak resesi yang terjadi di beberapa negara seperti Jepang dan Inggris, serta perlambatan ekonomi di China dan Amerika Serikat.
Terkini Lainnya
- Hotel Bernuansa Jawa Hadir di Alam...
- 7 Tips Menginap di Hotel agar...
- Laska Hotel & Resort Ciletuh Gelar...
- Laska Hotel Sukabumi Lakukan Rebranding, Simak...
- Promo Menginap di Ibis Styles Bogor...
- Santika Buka Hotel Baru di Legian...
- 5 Penginapan Sekitar Bangsring Underwater Banyuwangi
- Santika Indonesia Hotels & Resorts Gelar...
- Pelaku Wisata Menolak Wacana Penutupan Taman Nasional Komodo
- Tarif Masuk Venesia Sukses Hasilkan Rp 42,8 Miliar dan Kurangi Wisatawan
- Hari Anak Nasional, Jagat Satwa Nusantara TMII Tawarkan Promo Buy 1 Get 1
- Rute ke Nuansa Bening, Tempat Makan With View di Selo Boyolali
- Taman Safari Prigen Punya Rekreasi Baru, Bisa Nikmati Panorama Hutan
- Harga Sepeda Gunung Capai Rp 100 Juta, Apa Alasannya?
- Jeju Air dan Batik Air Malaysia Buka Rute ke Indonesia, Bantu Capai Target Kunjungan Turis Asing
- 3 Maskapai Buka Penerbangan Internasional ke Indonesia per Agustus, Ada Jeju Air
- Harga Tiket Pesawat Ditargetkan Turun Sebelum Oktober 2024
- 3 Bangunan di Sukabumi Diajukan Jadi Cagar Budaya
- Santika Indonesia Hotels & Resorts Gelar Santika Fair B2B 2024
- Ada Ekosistem Blibli Tiket, Pelaku Perjalanan Bisa Koleksi Poin
- Rencana Penutupan TN Komodo pada 2025, Kemenparekraf: Komunikasikan Lebih Awal
- Curug Cimarinjung di Geopark Ciletuh Sukabumi: Jam Buka dan Tiket
- 4 Tips ke Puncak Darma, Siapkan Uang Tunai dan Pakai Alas Kaki Nyaman
- PHRI Tegaskan Tolak Diskriminasi Tarif Pajak Hiburan
- 5 Wisata Perbukitan di Bantul dengan Pemandangan Indah
- 4 Hotel Sekitar Telaga Biru Cicerem Kuningan
- Bunga Sakura di Tokyo Mekar Lebih Awal pada 2024, Ini Sebabnya
- 3 Wisata Alam di Parapat, Simalungun, Sajikan Indahnya Danau Toba