pesonadieng.com

Kemenparekraf Tegaskan Bali Belum Overtourism, tapi...

Ilustrasi Bali macet di sejumlah ruas jalan selama libur tahun baru.
Lihat Foto

- Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Nia Niscaya menegaskan bahwa kondisi pariwisata di Bali saat ini belum bisa dikatakan overtourism.

"Kalau dari sisi statistik, tampaknya belum overtourism, tetapi mungkin ada faktor penyebaran yang konsentrasinya di (Bali bagian) selatan," kata Nia dalam program The Weekly Brief with Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Senin (29/4/2024).

Pernyataan tersebut disampaikan menanggapi adanya media asing, yakni Channel News Asia, dalam artikel berjudul "Not quite the Bali it used to be? This is what overtourism is doing to the island".

Baca juga: TNI Kerahkan 12 Ribu Prajurit dan 7 Kapal Perang Jaga World Water Forum Ke-10 di Bali

Artikel tersebut berisi penilaian bahwa Bali mengalami overtourism atau ledakan wisatawan, dan suasana di Bali sudah tidak sesantai dahulu.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Kunjungan wisman dan wisnus ke Bali

Nia memaparkan, merujuk kepada data kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia, jumlahnya belum pulih jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman sebelum pandemi.

"Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2019 itu 16,11 juta kunjungan, dan pada 2023 jumlahnya 11,68 juta kunjungan. Artinya secara nasional kita belum kembali ke masa pra-pandemi," kata Nia.

Baca juga: Aroma-aroma Unik yang Terinspirasi dari Kota Yogyakarta hingga Bali

Khusus di Bali, lanjutnya, jumlah kunjungan wisman pada 2019 berjumlah 6,3 juta kunjungan, atau sekitar 40 persen dari jumlah kunjungan wisman ke Indonesia. Sementara pada 2023, jumlah kunjungan wisman ke Bali tercatat sebanyak 5,2 juta kunjungan.

Begitu pula dengan jumlah kunjungan wisnus ke Bali. Pada 2019 jumlah wisnus yang berkunjung tercatat sebanyak 10,5 juta kunjungan. Sedangkan pada 2023, jumlah wisnus yang berkunjung ke Bali baru mencapai angka 9,8 juta.

Sejumlah wisatawan mancanegara melakukan ritual melukat atau pembersihan diri di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali, Rabu (24/4/2024). Ritual tersebut direncanakan masuk dalam agenda World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali yang akan diselenggarakan pada 18-25 Mei 2024 mendatang.Dok. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/Spt Sejumlah wisatawan mancanegara melakukan ritual melukat atau pembersihan diri di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali, Rabu (24/4/2024). Ritual tersebut direncanakan masuk dalam agenda World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali yang akan diselenggarakan pada 18-25 Mei 2024 mendatang.

Jika melihat data kunjungan wisman ke Indonesia dalam dua bulan terakhir pada 2024, total wisman yang berkunjung yakni hampir 1,9 juta. Khusus di Bali, jumlah wisman yang berkunjung yakni sebanyak 860.000.

Sedangkan tahun 2019 pada periode yang sama, jumlah kunjungan wisman ke Bali berjumlah 883.755 kunjungan.

Baca juga: Syuting Tak Berizin, 2 Produser Reality Show Korea Pick Me Trip in Bali Dideportasi

"Jadi rasanya kalau dibilang overtourism, dari sisi statistik tampaknya belum ke situ," kata Nia.

Wisatawan kurang menyebar

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun juga mengatakan bahwa kondisi ramainya wisatawan di Bali saat ini belum bisa dikatakan sebagai overtourism. Kondisi ini, kata Tjok tampak ramai karena wisatawan terkonsentrasi di satu wilayah.

"Ada beberapa terkonsentrasinya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali terutama di Bali bagian selatan," kata Tjok dalam program The Weekly Brief with Sandi Uno secara daring, Senin (29/4/2024)

Mengamini data yang disampaikan Nia, Tjok mengungkapkan kondisi kunjungan wisman ke Bali saat ini belum kembali ke masa sebelum pandemi. Sehingga belum bisa dikatakan sebagai overtourism. Ia melanjutkan, kondisi ini bisa dilihat dari persentase okupansi kamar di Bali saat ini.

Baca juga: 4 Makanan Khas Bali Favorit Turis China, Ada Lawar

"Kalau dilihat dari jumlah kamar yang tersedia hampir 20.000-an, baru 60 sampai 70 persen kamar terisi secara efektif," katanya.

Sedangkan di beberapa kawasan tertentu seperti di Bali bagian selatan, rata-rata okupansi kamar mencapai 80 hingga 90 persen.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat